Saat ini, kita memiliki akses yang hampir tak terbatas terhadap berbagai informasi yang mengulas apa yang sedang terjadi di sekitar kita, hingga nun jauh di seberang sana. Kita tak perlu berlangganan surat kabar, karena selain berita online lebih up to date, kanal berita online biasanya free of charge (bebas biaya). Masalahnya, kita jarang menyaring berita dan tanpa sadar menyambut segala jenis informasi, termasuk yang merusak kesehatan jiwa kita. Salah satu akibatnya, kekuatiran menyusup masuk dan menyandera jiwa kita. Berkembangnya kejahatan telah membawa berbagai wabah kekuatiran jenis baru: Penculikan dan penjualan organ tubuh anak membuat banyak orang tua was-was setiap kali berada di ruang terbuka. Isu terorisme membuat metal detector disiapkan di hampir setiap bangunan fasilitas umum--termasuk gereja--untuk menghindari jatuhnya korban. Tak dapat dicegah bahwa hati kita telah dihantui oleh kekuatiran dan rasa takut.
Walaupun konteks dan jenis kekuatiran yang kita hadapi saat ini berbeda dengan pada masa lampau, kita perlu merenungkan pertanyaan yang diajukan Tuhan Yesus, "Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupya?" (6:27). Jawabannya jelas: jalan hidup manusia ada di tangan Allah! Kekuatiran adalah perasaan alami yang Tuhan karuniakan untuk memprediksi dan membuat manusia berjaga-jaga terhadap hal buruk yang mungkin akan terjadi. Kewaspadaan tidak salah, tetapi kewaspadaan harus dilandasi keyakinan akan kedaulatan dan pemeliharaan Allah sesuai dengan janji dalam firman-Nya. Apakah Anda telah melatih diri untuk melawan kekuatiran dengan bersandar kepada Allah saat menghadapi banjir informasi? [MN]
"Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang, tetapi perkataan yang baik menggembirakan dia." Amsal 12:25