Manusia membutuhkan nasihat. Pada level internasional, kita memiliki para pemikir terbaik dalam wadah PBB untuk memikirkan pemecahan atas masalah-masalah dunia. Pada level nasional, setiap presiden pasti meminta nasihat dari orang-orang terbaik yang ditetapkan untuk duduk dalam jajaran pemerintahannya. Pada level personal, setiap orang di antara kita pasti akan mencari nasihat untuk hal-hal khusus kepada orang-orang yang dianggap ahli, entahkah itu masalah keluarga, keuangan, kesehatan, dan lain sebagainya.
Persoalannya, pengetahuan manusia terbatas dan sudah tercemar dengan dosa. Puji Tuhan, tujuh ratus tahun sebelum kelahiran Yesus Kristus, telah dinubuatkan bahwa Sang Juruselamat adalah Sang Penasihat Ajaib. Inilah jawaban bagi kebutuhan kita, karena di dalam Kristus-lah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan (Kolose 2:3). Yesus Kristus bukan seorang Penasihat biasa--tetapi Penasihat Ajaib (Yesaya 9:5)--karena keilahian-Nya. Pada mulanya, Ia (telah) bersama-sama dengan Allah dan segala sesuatu dijadikan oleh Dia (Yohanes 1:1-3). Bukankah ini melegakan kita? Sang Imanuel beserta kita bukan sekadar untuk memeluk, menyatakan penghiburan, dan menguatkan kita, tetapi juga memberi kita tuntunan dan nasihat konkret menyangkut masalah-masalah terberat dalam kehidupan kita. Memahami nasihat dan tuntunan-Nya boleh jadi memerlukan proses, namun yang pasti bukan seperti meraba-raba dalam gelap karena sudah ada jaminan dari Dia. Jika Yesus Kristus adalah Allah yang menyertai kita dan bersedia menjadi Penasihat Ajaib bagi kita, pertanyaannya adalah, "Bersediakah Anda untuk sungguh-sungguh mempercayai dan mengikuti tuntunan-Nya tanpa membantah?" [MT]
"Sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan." Kolose 2:3