Bacaan Alkitab hari ini : Keluaran 23:14-19
Bacaan Alkitab hari ini membahas tiga hari raya tahunan yang utama bagi orang Israel, yaitu Hari Raya Roti Tidak Beragi (rangkaian Masa Raya Paskah), Hari Raya Menuai (Hari Raya Pentakosta atau Hari Raya Buah Bungaran), dan Hari Raya Pengumpulan Hasil (Hari Raya Pondok Daun). Hari Raya Paskah adalah peringatan terhadap peristiwa saat Allah membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Tanah Mesir. Pada malam saat mereka hendak keluar dari Tanah Mesir, mereka memakan daging hewan korban beserta dengan roti tak beragi dan sayur pahit. Itulah awal sebutan Hari Raya Roti tak Beragi (Keluaran 12). Hari Raya Pentakosta (artinya kelima puluh) merupakan perayaan yang diadakan 50 hari sesudah Paskah, di awal masa panen. Saat itu, bangsa Israel harus mempersembahkan hasil yang terbaik dari buah Bungaran yang mereka panen (23:19a). Setiap Hari Raya Pondok Daun, bangsa Israel tidak tinggal dalam rumah, tetapi tinggal di pondok-pondok daun (Imamat 23:42). Hari Raya Pondok Daun adalah hari raya yang diadakan untuk memperingati pimpinan Allah saat bangsa Israel berada dalam perjalanan dari Tanah Mesir ke Tanah Kanaan, yang bertepatan dengan masa akhir pesta panen. Saat dalam perjalanan itu, jelas bahwa mereka tidak tinggal di rumah yang permanen, melainkan di kemah (pondok). Saat ketiga hari raya itu dirayakan, orang-orang Israel diharapkan berkumpul di kota Yerusalem.
Penetapan ketiga hari raya itu nampaknya disebabkan karena Allah menginginkan agar bangsa Israel menjadi umat Allah yang tahu berterima kasih (bersyukur). Agar mereka bisa bersyukur, mereka harus selalu mengingat kebaikan Allah dalam hidup mereka. Akan tetapi, Allah mengharapkan agar hari-hari raya bangsa Israel tidak dinodai oleh kebiasaan-kebiasaan kafir. Aturan "Janganlah kaumasak anak kambing dalam susu induknya" (23:19b) adalah salah satu aturan yang mencegah masuknya kebiasaan kafir dalam perayaan bangsa Israel. Pada masa itu, anak kambing biasa dimasak bersama susu induknya, dan airnya dipercikkan di kebun dan ladang untuk memastikan kesuburan tanah di masa panen berikutnya. Dengan tidak ikut melakukan kebiasaan kafir tersebut, Allah hendak mengajarkan bahwa kesuburan tanah adalah wujud dari berkat Tuhan. Apakah Anda telah membiasakan diri untuk selalu bersyukur atas berkat yang Anda terima dari TUHAN? [GI. Purnama]