Bacaan Alkitab hari ini : Ulangan 33
Masih banyak orang Kristen yang percaya bahwa berkat Tuhan adalah semata-mata berupa kekayaan. Oleh karena itu, orang Kristen yang hidupnya pas-pasan sering merasa iri kepada orang yang lebih kaya atau merasa bahwa Tuhan tidak adil. Orang Kristen perlu memahami makna berkat yang sesungguhnya. Berkat bukanlah sekadar materi atau kesenangan yang ditawarkan dunia ini. Berkat bagi orang percaya adalah memiliki Allah sebagai bagiannya yang tidak pernah hilang atau habis (bandingkan dengan Mazmur 73:26). Konteks Mazmur 76 adalah tentang pemazmur yang merasa iri kepada orang-orang yang memiliki kekayaan dan materi yang melimpah, padahal orang-orang itu tidak hidup dalam takut akan Tuhan. Sebaliknya, pemazmur—yang takut akan Allah—justru mengalami kesusahan karena terkena tulah atau penyakit (Mazmur 73:14). Namun, setelah Allah menunjukkan masa depan orang-orang jahat itu, barulah pemazmur mengerti. Kekayaan atau materi bukanlah patokan berkat dan perkenan Tuhan.
Dalam ucapan atau doa berkat Musa kepada orang Israel, kita dapat melihat bahwa berkat yang diberikan Musa kepada tiap-tiap suku bukan hanya berkat materi. Dalam doa berkat yang diucapkan Musa bagi orang Lewi, kesempatan melayani adalah berkat (Ulangan 33:8-11). Perlindungan Tuhan setiap waktu dalam hidup kita adalah berkat (33:12). Disukai oleh orang lain pun adalah berkat (33:24). Namun, berkat yang terbesar adalah memiliki Allah sebagai Pribadi yang mengasihi, menyelamatkan, menjaga, dan menolong kita (33:26-29), perhatikan bahwa kata "Yesyurun" dalam ayat 26 menunjuk kepada bangsa Israel secara keseluruhan). Ia memilih kita sejak dari kekekalan untuk menjadi orang yang diselamatkan, dibenarkan, dan dimuliakan (Roma 8:29-30). Inilah berkat yang sesungguhnya. Adalah mengecilkan makna dari berkat Tuhan bila kita menganggap berkat Tuhan sebagai sekadar materi atau kekayaan semata. Seorang Kristen yang sungguh-sungguh memiliki komitmen untuk menjadi murid Yesus Kristus akan memandang berkat secara berbeda. Ia tidak akan memusatkan perhatian pada materi karena ia menyadari bahwa Allah akan mencukupkan kebutuhan jasmaninya saat ia mencari Kerajaan Allah lebih dulu (Matius 6:33). Ia akan sepenuh hati melayani Tuhan dengan tulus, bukan karena mengharapkan memperoleh berkat. [GI Wirawaty Yaputri]