Bacaan Alkitab hari ini : Markus 2:1-17
Di dalam dunia yang terkoneksi ini, terdapat suatu ironi. Meskipun manusia dengan mudah dapat berhubungan melalui berbagai media sosial/media komunikasi, faktanya adalah bahwa manusia sering tidak terhubung secara nyata. Relasi antar manusia tidak menjadi semakin dalam, tetapi semakin dangkal. Banyak orang mengalami kesepian. Kehadiran secara nyata semakin dibutuhkan. Kepedulian yang tulus semakin dirindukan. Persahabatan yang "dalam" yang dibuktikan melalui kesediaan menjalani kehidupan dengan bergandengan tangan menjadi tantangan bagi komunitas orang percaya.
Narasi (kisah) orang lumpuh yang disembuhkan dalam bacaan Alkitab hari ini memperlihatkan bagaimana seharusnya menjadi sahabat yang sejati. Usaha sahabat-sahabat orang lumpuh itu tidaklah kecil. Mereka harus menggotong sahabat mereka yang lumpuh (bayangkan bahwa selain mereka harus mengeluarkan banyak tenaga, di antara mereka juga harus ada komunikasi dan kerja sama yang baik). Mereka mengambil risiko tinggi saat dengan nekat mereka membobol atap rumah orang yang (mungkin) tidak mereka kenal. Mereka mengusik konsentrasi orang-orang yang sedang mendengarkan pengajaran Tuhan Yesus. Mengapa mereka begitu berani membayar harga bagi sahabat mereka? Selain kasih, mereka memiliki keyakinan yang teguh bahwa Yesus Kristus adalah jawaban bagi permasalahan sahabat mereka yang lumpuh. Tuhan Yesus melihat hati mereka. Penulis Injil Markus mencatat bahwa saat melihat IMAN mereka, Tuhan Yesus berkata kepada orang lumpuh itu, "Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!" (2:5). Masalah terbesar (yaitu dosa) telah diselesaikan, masalah kesembuhan mengikuti.
Setelah menyembuhkan dengan perkataan yang menuai polemik, Tuhan Yesus memperlihatkan lebih jelas arti menjadi sahabat sejati saat Ia pergi ke pantai danau dan memanggil Lewi untuk menjadi sahabat-Nya (bukan hanya menjadi murid, lihat Yohanes 15:15). Kita tahu siapa Lewi: Ia adalah seorang pemungut cukai! Umumnya, pemungut cukai memungut pajak secara berlebihan sehingga menyebabkan kesusahan finansial dan dianggap pengkhianat oleh sesama orang Yahudi. Sekalipun demikian, Tuhan Yesus tidak mencerca atau menolak, melainkan memilih Lewi menjadi sahabat-Nya. Beranikah Anda menjangkau orang yang kita tahu bahwa sejarah hidupnya kelam atau reputasinya buruk? Sahabat macam apakah Anda bagi sesama manusia? [GI Mario Novanno]