Bacaan Alkitab hari ini : Galatia 2:11-21
Bagi orang Yahudi, tanda seseorang menjadi anggota umat Allah adalah ketaatan kepada hukum Taurat, termasuk menerima sunat. Masalah timbul saat orang bukan Yahudi mendengar Injil dan percaya kepada Tuhan Yesus. Pertanyaannya adalah apakah mereka harus taat kepada hukum Taurat dan disunat untuk bisa menjadi anggota umat Allah?
Saat ini, kita terbiasa makan semeja dengan orang lain (keluarga, teman, bahkan orang yang tidak kita kenal). Akan tetapi, pada masa itu, makan semeja dengan orang lain adalah simbol yang sangat kuat menyatakan bahwa identitas "saya" sama dengan "dia". Itu sebabnya, dengan siapa kita makan menjadi sangat penting. Dalam konteks ini, Rasul Paulus menuduh Rasul Petrus "munafik" (ungkapan ini berarti pura-pura menjadi orang yang lain). Rasul Petrus tahu persis bahwa Allah telah menciptakan satu keluarga—orang Yahudi dan bukan Yahudi—di dalam Tuhan Yesus. Itu sebabnya, semula, dia tidak keberatan makan sehidangan dengan saudara-saudara yang tidak bersunat (2:12). Tetapi, tekanan sekelompok orang membuat Rasul Petrus tidak mau lagi melakukannya. Teguran Rasul Paulus adalah, "Petrus, walaupun engkau seorang Yahudi, engkau sudah hidup secara bukan Yahudi dengan tidak membedakan orang Yahudi dan bukan Yahudi. Engkau tahu bahwa itu benar. Mengapa engkau sekarang memaksa saudara-saudara bukan Yahudi untuk hidup secara Yahudi? Engkau berlaku munafik!"
Yang ditekankan Rasul Paulus adalah bahwa semua orang dibenarkan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi karena iman dalam Kristus Yesus (2:16). Apakah dengan demikian mereka menjadi orang berdosa, seperti anggapan orang Yahudi (yang meyakini bahwa mereka yang tidak taat pada hukum Taurat hidup dalam dosa), dan karenanya Kristus menjadi pelayan dosa? Tidak! (2:17). Ketaatan kepada hukum Taurat sudah diganti dengan ketaatan kepada Kristus (2:19-20). Memisahkan orang Yahudi dan bukan Yahudi berarti kembali menegakkan hukum Taurat. Bila hukum Taurat menjadi standar, maka mereka menjadi pelanggar hukum Taurat dan menjadi orang berdosa. Tetapi, hukum Taurat bukanlah yang penting lagi. Hari ini, memisahkan kelompok-kelompok di dalam gereja atau menganggap kelompok yang satu lebih baik dari yang lain adalah sama dengan menghina kasih karunia Kristus. Semua orang percaya disambut semeja dengan Tuhan. Hal itu harus menjadi ciri kehidupan umat Allah. [Pdt. Jeffrey Siauw]