Bagaimanakah sikap kita saat mendengarkan firman Tuhan? Apakah kita memperhatikan dengan sungguh-sungguh ataukah kita tidak memedulikan? Sikap kita terhadap firman Tuhan menunjukkan kondisi hati kita terhadap Tuhan. Apakah kita sungguh-sungguh memercayai Dia dan hidup takut akan Dia? Saat mendengarkan firman Tuhan, kita harus bersikap seperti Samuel yang berkata, ?? Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar.? (3:10). Seharusnya, kita bersikap rendah hati sama seperti sikap seorang hamba. Kita harus senantiasa menyadari bahwa kita adalah manusia ciptaan Allah yang telah jatuh ke dalam dosa. Sebaliknya, kita harus menyadari pula bahwa Allah yang berfirman kepada kita adalah Allah Pencipta yang Mahakudus.
Pada zaman dahulu, saat pemerintahan di Tiongkok masih berbentuk kerajaan, ada kebiasaan yang memperlihatkan sikap yang tepat bagi seseorang saat mendengarkan firman Tuhan. Saat itu, seseorang yang mendengarkan perintah atau ketetapan raja harus mendengarkan sambil berlutut. Kemudian, ia harus berterima kasih dan melakukan ketetapan tersebut apa pun yang ditetapkan oleh sang raja. Sikap hormat semacam ini perlu ditiru oleh orang percaya. Walaupun kita tidak perlu berlutut secara fisik, kita harus merendahkan hati di hadapan Tuhan. Kita perlu belajar untuk selalu mengucap syukur dan melaksanakan seluruh firman yang Tuhan perintahkan.
Imam Eli menasihati Samuel yang masih kecil tentang bagaimana seharusnya bersikap saat mendengar firman Tuhan (3:9). Ironinya, ia sendiri tidak melakukan hal tersebut. Imam Eli mengetahui firman Tuhan, tetapi ia tidak sungguh-sungguh melakukannya, sehingga hidupnya tidak berbuah dan tidak berkenan di hati Tuhan (bandingkan dengan Yohanes 15:1-8). Sangat penting bagi kita untuk selalu mendengar firman Tuhan dengan kerendahhatian, lalu melakukan apa yang Tuhan perintahkan kepada kita dengan sukacita. Imam Eli sudah lama mengenal Tuhan karena ia adalah keturunan Harun, namun ia tidak rendah hati dan tidak menaati firman Tuhan. Oleh karena itu, walaupun sudah tua, Imam Eli tidak ada artinya di mata Tuhan dibandingkan dengan Samuel yang masih kecil namun menaati firman Tuhan. Saat mendengar firman Tuhan, kita harus senantiasa mengoreksi diri kita sendiri, bukan memperhatikan kesalahan orang lain.