Setelah tujuh bulan ditimpa tulah, orang Filistin tidak mampu lagi menahan penderitaan yang terus-menerus mereka alami, sehingga mereka meminta petunjuk para imam dan para petenung tentang cara mengembalikan tabut Tuhan ke wilayah Israel. Para imam dan para petenung menasihati mereka untuk membayar korban tebusan salah berupa lima bentuk borok emas dan lima tikus emas, sesuai dengan jumlah raja-raja kota orang Filistin. Jenis korban tebusan yang diberikan orang Filistin menunjukkan bahwa Tuhan bukan hanya mendatangkan borok, tetapi juga mendatangkan tikus yang merusak tanah mereka (6:1-5). Meskipun sudah mengalami penderitaan yang demikian berat, dan sudah sangat jelas bahwa penderitaan mereka adalah karena mereka merampas dan menempatkan tabut Tuhan di kuil Dagon, mereka masih berharap bahwa semua yang menimpa mereka hanyalah suatu kebetulan. Mereka menguji Allah dengan mengembalikan tabut dan emas-emas tebusan salah memakai kereta baru yang ditarik dua ekor lembu yang belum pernah kena kuk dan masih menyusui. Tanpa campur tangan Tuhan, kedua lembu itu secara alami tidak akan berjalan ke arah Bet-Semesh, di wilayah Israel, melainkan mereka akan berusaha melepaskan kuk yang membebani mereka dan kembali ke anak-anak mereka. Sikap kedua ekor lembu yang langsung menuju ke Bet-Semes menunjukkan bahwa tulah yang menimpa bangsa Filistin itu jelas merupakan tindakan tangan Allah (6:7-12).
Apakah hidup ini merupakan suatu rangkaian kebetulan? Rasul Paulus mengatakan bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah (Roma 8:28). Bila kita sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, tidak ada yang kebetulan dalam hidup kita. Di balik peristiwa baik maupun peristiwa buruk, Allah turut bekerja mendatangkan kebaikan bagi kita. Orang-orang yang tidak percaya hanya bersyukur saat mengalami hal-hal yang baik. Waktu mengalami hal-hal yang buruk, kemungkinan, mereka akan marah atau pasrah dan berkata bahwa mereka sedang apes atau sedang bernasib buruk. Sebaliknya, orang percaya harus belajar mengucap syukur dalam segala situasi, baik saat senang maupun saat sedih. Apakah Anda memiliki keyakinan bahwa wabah Covid-19 yang melanda seluruh dunia juga terjadi atas seizin Allah?