Mengenal Allah Melalui Kitab Hosea

Jangan Pernah Mendua

1 September 2014
Mengenal Allah Melalui Kitab Hosea

Keistimewaan yang paling mencolok dari Kitab Hosea adalah pemberitaannya tentang kesetiaan Yahwe, padahal Israel selalu murtad. Pemberitaan itu diperagakan oleh Nabi Hosea tatkala ia atas perintah Tuhan harus mengawini seorang perempuan sundal dan memperanakkan anak-anak sundal dari perempuan itu, malah ia harus tetap mengasihinya meskipun isterinya telah berzinah. Demikianlah Yahwe akan tetap mengasihi umat-Nya meskipun umat-Nya telah menyembah allah-allah lain (3:1).

Hosea berjuang mati-matian melawan ibadah kepada Baal yang dimaksudkan untuk menggantikan kepercayaan Israel yang sah. Ciri-ciri khas dari pemberitaannya ialah menekankan kasih Allah yang didasarkan pada perjanjian-Nya (‘kasih setia’ 2:18; 6:6; 10:12) serta menekankan pengenalan akan Allah, yakni kepercayaan kepada perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Tuhan dahulu kala. Kasih dan pengenalan akan Allah itu jauh lebih penting dari pada ibadah (6:6; bandingkan dengan 4:6). Lagi pula, Allah akan mengembalikan bangsa Israel kepada keadaan sediakala, ke padang gurun (2:13; bandingkan dengan 12:10) yang merupakan gambaran tentang adanya pengharapan baru (2:14) bahwa hubungan kasih antara Yahwe dan Israel akan pulih seperti semula (2:15), sehingga mereka akan mengenal Dia lagi (2:19). Pada waktu itu, Israel akan mengakui bahwa Yahwelah yang memberi kesuburan dan kemakmuran, bukan Baal (2:7, 20-21; bandingkan dengan 14:8-9).

Sebelum janji pemulihan itu terpenuhi, Allah masih mempunyai perkara dengan Efraim (4:1), sebab kesalahannya di bidang sosial, politik, dan agama adalah sangat besar, bahkan hampir tidak dapat diampuni lagi. ”Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah” (4:6). Segala dosa disingkapkan—baik dosa rakyat maupun dosa para pemimpin rohani dan politik—tanpa ampun dan tanpa sayang. Sekalipun demikian, Allah tetap mengasihi umat-Nya. Kesetiaan-Nya mengatasi ketidaksetiaan mereka, demikian pula hamba-Nya. Allah mencari umat-Nya dan memenangkan kembali umat-Nya.

Hosea hidup di Kerajaan Utara. Tidak dapat disangkal bahwa nabi kecil itu—yang walaupun terikat pada zamannya sendiri—terikat pada Allah. Allah menyuruh dia membawa firman-Nya ke dalam setiap situasi. Bertentangan dengan ketidaksetiaan Israel, Nabi Hosea memaklumkan kesetiaan Allah kepada perjanjian-Nya. Berita-berita yang disampaikan Hosea seharusnya menguatkan kita kembali untuk menghargai setiap kasih karunia yang telah kita terima. [AAL]




Senin, 1 September 2014

Bacaan Alkitab hari ini: Hosea 1-2


Uang, ketenaran, dan ketakutan dapat memotivasi orang untuk melakukan hal-hal “gila”. Beberapa orang tega menjual dirinya untuk mendapatkan kepuasan seks, sementara yang lain rela mengorbankan reputasi dan seisi keluarganya demi satu menit menikmati ‘ranjang’ orang lain. Gomer adalah seorang wanita, istri dari Hosea, nabi muda yang sedang berkembang pada zamannya. Kisah Hosea dan Gomer merupakan penggambaran bahwa Allah melihat Israel sebagai istri-Nya. Oleh karena itu, Allah telah memperingatkan agar Israel tidak mendua, “Jangan ada padamu allah lain di hadapanKu” (Perintah pertama dari sepuluh hukum, Keluaran 20:3). Ada beberapa pelajaran penting dari Hosea 1-2: Pertama, moral yang kendur dari seorang wanita adalah modal ketidaksetiaan. “Pergilah, kawinilah seorang perempuan sundal dan peranakkanlah anak-anak sundal, karena negeri ini bersundal hebat dan membelakangi TUHAN” (1:2b). Jelas bahwa perempuan itu memiliki kehidupan moral yang sangat longgar dalam masyarakat. Perempuan yang tidak menaruh kesetiaan pada pernikahannya adalah kepedihan bagi suaminya. Kedua, ketidaksetiaan seorang istri menghasilkan buah penderitaan batin yang tak henti-hentinya. Di pasal 2, sekilas terlihat bahwa Gomer tidak menumbuhkan rasa penyesalannya. Penghormatannya kepada suaminya makin kabur. Sikap Gomer yang mendua mendatangkan penderitaan bagi Nabi Hosea, suaminya. Penderitaan yang berkepanjangan itu dilukiskan dengan perkataan, “...sebab dia bukan istriKu” (2:1).

Pernikahan Nabi Hosea dan Gomer merupakan bahan pelajaran tentang hubungan Allah dengan umat-Nya. Firman Tuhan menunjukkan bahwa pernikahan itu kudus, tetapi bisa dinajiskan oleh seorang wanita yang bermoral rendah. Secara tidak langsung, peranan seorang istri dalam rumah tangga sangat menentukan kokoh tidaknya pernikahan tersebut. Istri yang tidak mendua adalah mahkota suaminya! [AAL]

Hosea 2:19a
“Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku dalam kesetiaan, ....”
Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh.
Yakobus 5: 16


www.gky.or.id | Gereja Kristus Yesus Copyright 2019. All rights Reserved. Design & Development by AQUA GENESIS Web Development & Design