Bangsa Israel Utara adalah bangsa yang jahat, sombong, dan fasik. Mereka jahat karena dipimpin raja-raja yang jahat. Mereka sombong karena hidup mereka cukup makmur (bandingkan dengan 9:9). Mereka fasik karena tingkah laku mereka tidak memedulikan kehendak Allah. Kefasikan itu seperti api yang membakar seluruh hutan (9:17). Kejahatan mereka membuat Allah memutuskan untuk menghukum mereka. Semula, mereka diserang dan dikalahkan oleh orang Aram dari Timur dan orang Filistin dari Barat (9:11). Sayangnya, kekalahan tidak membuat mereka bertobat. Oleh karena itu, hukuman terhadap bangsa Israel Utara terus berlanjut. Mula-mula, hukuman Tuhan dijatuhkan kepada para pemimpin masyarakat--yaitu tua-tua dan orang yang terpandang--serta para pemimpin spiritual yang menyesatkan bangsa Israel (9:13-14), kemudian hukuman berlanjut kepada masyarakat biasa--termasuk anak yatim dan janda yang biasanya dilindungi Allah (9:15-16)--karena mereka semua telah menjadi jahat.
Hukuman Allah dijatuhkan secara bertahap. Sampai empat kali, Alkitab berkata, "Sekalipun semuanya itu terjadi, murka-Nya belum surut, dan tangan-Nya masih teracung (9:11b,16b,20b; 10:4)". Bencana membuat orang menjadi egois (9:18). Kelaparan terjadi di mana-mana sehingga daging manusia pun dimakan (9:19). Hukuman Allah terhadap bangsa Israel Utara memuncak dengan dijatuhkannya hukuman yang sangat berat melalui tangan bangsa Asyur (bandingkan dengan 10:5-6). Penduduk Kerajaan Israel Utara bukan hanya dikalahkan, tetapi mereka lalu dibuang ke Asyur (2 Raja-raja 15:29). Alkitab tidak menceritakan lagi kondisi bangsa Israel dari Kerajaan Israel Utara setelah mereka dibuang ke Asyur. Kemungkinan besar, rakyat yang berasal dari Kerajaan Israel Utara itu tersebar ke berbagai tempat dan hanya sedikit yang kembali ke Israel.
Kisah pembuangan bangsa Israel di Kerajaan Utara yang akhirnya dibuang ke Asyur karena tidak mau bertobat mengingatkan kita untuk bersikap peka terhadap peringatan Allah. Biasakanlah diri Anda untuk melakukan introspeksi diri saat mengalami kegagalan atau malapetaka. Kesediaan memperbaiki diri akan menolong kita untuk bisa bangkit dari keterpurukan. Apakah di masa pandemi ini, Anda aktif mengoreksi diri dan menjadi orang yang semakin baik?