Allah itu bukan berhala atau jimat. Umumnya, berhala atau jimat harus diberi sesajen. Walaupun dalam Perjanjian Lama terdapat berbagai macam korban, sistem pengorbanan dalam Perjanjian Lama hanyalah simbol dari Korban yang sesungguhnya, yaitu Yesus Kristus yang mengorbankan diri-Nya sendiri dengan mati di kayu salib. Setelah peristiwa penyaliban, korban sudah tidak diperlukan. Sebenarnya, yang Allah tuntut bukan sesajen, melainkan pembentukan relasi. Pembentukan relasi ini sama sekali tidak dikenal dalam penyembahan berhala karena berhala adalah benda mati yang tidak bisa berkomunikasi. Masalah relasi ini mempengaruhi pemahaman tentang doa. Dalam penyembahan berhala, doa biasa disebut sebagai mantra, yaitu rangkaian perkataan atau ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib. Bunyi mantra tidak boleh diubah atau dimodifikasi. Dalam iman Kristen, kalimat doa bersifat fleksibel, tidak baku. Doa adalah wujud komunikasi umat dengan Allah. Doa mengungkapkan isi hati umat. Doa dilandasi oleh hubungan umat Allah dengan Allah. Karena Allah itu mudah cemburu, doa orang yang memiliki sembahan lain--selain Allah--tidak akan dihiraukan (57:13). Doa yang hanya sekadar formalitas (58:4) juga tidak akan digubris oleh Allah. Selain itu, doa orang yang terbiasa melakukan kejahatan atau dosa tidak akan didengar oleh Allah (59:1-2). Kejahatan umat Yehuda diuraikan dalam 59:3-8. Kejahatan mereka membuat doa mereka tidak dihiraukan Tuhan (59:9-11). Akhirnya, mereka menyadari dan mengakui kesalahan mereka (59:12-13). Kejahatan yang merajalela itu melenyapkan hukum, keadilan, dan kebenaran (59:14-15). Dalam keadaan seperti itu, Tuhan sendirilah yang datang menolong untuk menegakkan keadilan (59:16-19), menjadi Penebus umat-Nya (59:20), serta memberikan Roh Kudus dan firman-Nya (59:21).
Apakah Anda pernah memiliki pengalaman bahwa Allah seolah-olah tidak menghiraukan doa Anda? Saat hal itu terjadi, bagaimana respons Anda: Apakah Anda lalu melakukan introspeksi diri? Bila Allah seolah-olah tidak peduli, mungkin Allah menginginkan agar Anda lebih dulu memperbaiki diri Anda. Bagi Allah, tidak ada yang mustahil! Allah bisa melakukan apa saja di luar jangkauan logika kita. Akan tetapi, yang paling Allah inginkan dari kita adalah kita memiliki pola pikir dan cara hidup yang meneladani Kristus!