Injil Lukas ditulis oleh Lukas, seorang dokter yang merupakan keturunan non-Yahudi. Meskipun ia bukan saksi mata dan tidak pernah bertemu secara langsung dengan Tuhan Yesus, ia diilhami oleh Roh Kudus secara luar biasa untuk menulis Injil Lukas. Ia menulis Injil ini dengan upaya yang besar. Ia menyelidiki semua peristiwa yang menyangkut kehidupan Tuhan Yesus secara saksama dari asal mulanya, serta membukukan secara teratur, sehingga iman pembaca diteguhkan (1:3-4). Salah satu sumber penulisan Injil Lukas adalah Injil Markus. Di samping itu, Lukas juga memakai berbagai sumber lain, seperti kesaksian para murid Tuhan Yesus yang saat itu masih hidup, dan kemungkinan juga termasuk keterangan Maria, ibu Tuhan Yesus. Injil ini dimulai dengan menceritakan peristiwa-peristiwa yang terjadi menjelang kelahiran Tuhan Yesus. Bila dibandingkan dengan ketiga kitab Injil yang lain, Injil Lukas memuat kisah paling lengkap tentang Tuhan Yesus. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila Injil Lukas lebih panjang daripada ketiga Injil yang lain. Injil Lukas mencatat berbagai kisah yang tidak dicatat dalam kitab-kitab Injil yang lain. Kemungkinan, pencatatan yang lebih terperinci ini disebabkan karena Injil Lukas ditulis setelah Injil Matius dan Injil Markus selesai ditulis.
Bila dibandingkan dengan ketiga kitab injil yang lain, Injil Lukas memiliki beberapa keunikan: Pertama, Injil Lukas ditujukan bagi pembaca non-Yahudi, khususnya Teofilus. Kemungkinan, Teofilus adalah seorang pejabat pemerintah Romawi yang sudah percaya kepada Tuhan Yesus. Nama Teofilus juga disebut dalam kitab kedua yang ditulis oleh Lukas, yaitu Kisah Para Rasul. Karena ditujukan bagi pembaca non-Yahudi, dalam Injil Lukas bisa ditemukan berbagai penjelasan tentang budaya Yahudi. Pencatatan silsilah Yesus Kristus berawal dari manusia pertama?yaitu Adam?dengan maksud untuk menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah Manusia tanpa perlu diberi embel-embel suku atau bangsa. Oleh karena itu, jelas bahwa kabar baik?yaitu Injil keselamatan?di dalam Injil Lukas ditujukan bagi semua bangsa (2:10), bukan hanya bagi bangsa Yahudi saja. Lukas juga mengutip kisah Perjanjian Lama yang memperlihatkan Allah juga mengasihi masyarakat non-Yahudi (4:25-27).
Kedua, Injil Lukas memperhatikan kelompok masyarakat yang terbuang atau kelompok yang biasa diremehkan, yaitu para gembala (2:8), orang-orang miskin (6:20), para wanita tuna susila (7:36-50), orang Samaria (9:51-56), para pemungut cukai (19:1-10), orang berpenyakit kusta (17:11-19), dan para penjahat (23:39-43). Lukas memahami isi hati Tuhan Yesus yang mengasihi mereka yang diremehkan oleh para pemuka agama dan masyarakat saat itu. Tuhan Yesus yang mulia rela datang ke tengah dunia yang hina. Ia tidak memandang hina orang yang berdosa dan terbuang, dan Dia menginginkan agar para pengikut-Nya juga memiliki hati seperti Dia, yaitu hati yang penuh belas kasihan dan kemurahan hati.
Ketiga, Injil Lukas beberapa kali menempatkan kisah-kisah yang ia tuliskan ke dalam kerangka sejarah yang sedang bergulir pada waktu itu. Ia sering menggunakan kalimat seperti, "Pada zaman Herodes, raja Yudea, adalah seorang imam ...." (1:5), "Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia." (2:1). "Dalam tahun kelima belas dari pemerintahan Kaisar Tiberius, ketika Pontius Pilatus menjadi wali negeri Yudea, dan Herodes raja wilayah Galilea, ...." (3:1). Keterangan waktu yang diberikan menunjukkan bahwa kisah kehidupan Yesus Kristus yang ditulis oleh Lukas merupakan fakta sejarah yang benar-benar terjadi pada waktu itu, bukan sekadar dongeng atau khayalan.
Keempat, Lukas menuliskan kitabnya dengan tujuan agar pembaca Injil yang dia tulis?khususnya Teofilus?dapat mengetahui rencana Allah dan mengerti panggilan seorang murid. Seorang murid harus mengenal Yesus Kristus dan juga memberitakan tentang Yesus Kristus, bukan hanya melalui perkataan, tetapi juga melalui sikap dan cara hidup, kepada dunia yang sering bersikap menolak Yesus Kristus. Merupakan hal yang wajar bila murid-murid Tuhan Yesus mengalami perlawanan dari dunia, khususnya dari pihak orang Yahudi, karena Tuhan Yesus juga telah mengalami penolakan yang sama, dan hal itu juga telah lebih dulu dialami oleh nabi-nabi pada zaman Perjanjian Lama.
Injil Lukas adalah Injil Misi. Dalam Injil Lukas terdapat berita keselamatan bagi semua orang. Apakah Anda bersedia dipakai Tuhan untuk memberitakan Injil, meskipun Anda pasti akan menghadapi penentangan dari pihak orang-orang yang tidak percaya? [GI Wirawaty Yaputri]
Untuk apa saya hidup benar kalau orang yang hidup benar juga bisa menderita? Lebih baik saya hidup seperti kebanyakan orang, yang tidak sungguh-sungguh berupaya untuk hidup benar, namun kehidupan mereka malah jauh lebih baik. Pernahkah Anda berpikir demikian?
Zakharia dan Elisabet adalah sepasang suami istri yang benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat (1:6). Apakah benar di hadapan Allah itu berarti bahwa mereka tidak pernah berbuat dosa? Tidak! Mereka bisa jatuh dalam dosa, tetapi mereka melakukan kewajiban agama dengan tulus ikhlas dan dengan takut akan Tuhan (bandingkan dengan Matius 6:1). Sekalipun demikian, mereka tidak memiliki anak karena Elisabet mandul (1:7). Pada zaman itu, tidak memiliki anak atau mandul sering dianggap sebagai sebuah kutukan atau hukuman Tuhan (bandingkan dengan Kejadian 20:18; 29:31; Keluaran 23:26). Oleh karena itu, kemandulan dianggap sebagai aib yang memalukan dan perempuan yang mandul sering dihakimi sebagai perempuan yang dikutuk oleh Tuhan. Orang-orang mungkin mencibir dan merendahkan perempuan yang mandul karena mereka beranggapan bahwa kemandulan merupakan akibat perbuatan dosa. Ingatlah kisah Hana dalam 1 Samuel 1 yang disakiti oleh madunya?Penina?karena ia tidak mempunyai anak.
Mengapa Allah mengizinkan orang yang hidupnya benar serta taat kepada perintah dan ketetapan Tuhan?seperti Zakharia dan Elisabet?menderita? Pada umumnya, kondisi itu terjadi karena Tuhan memiliki rencana khusus melalui kehidupan mereka. Allah ingin memakai kemandulan Elisabet untuk menunjukkan bahwa Ia adalah Allah Pencipa yang Mahakuasa dan Ia berdaulat untuk melakukan segala sesuatu, termasuk hal-hal yang tampaknya mustahil. Misalnya, Elisabet melahirkan Yohanes Pembaptis pada usia lanjut (Lukas 1:7). Dalam Perjanjian Lama, terdapat kisah Sara yang mengandung dan melahirkan Ishak, padahal ia sudah mati haid (Kejadian 18:11). Tak ada yang mustahil bagi Allah! Elisabet hidup secara benar dan menaati Tuhan meskipun ia mandul. Hati yang demikian membuat ia bersukacita saat mengetahui bahwa ia dipakai Allah untuk menggenapi rencana-Nya. Bila Anda diizinkan untuk menderita, padahal Anda sudah berupaya untuk hidup benar, jangan tawar hati!Tuhan selalu memiliki rencana yang indah! [GI Wirawaty Yaputri]