Penulis kitab Amsal kembali menggunakan formula ayah-anak dengan kata "anakku" (2:1). Formula ini sangat umum ditemukan dalam kitab hikmat (misalnya Pengkhotbah 12:12) dan dalam literatur di sekitar bangsa Israel. Tentu saja, sasaran kitab Amsal bukan hanya anak dalam artian biologis, tetapi penulis ingin agar pembaca memosisikan diri sebagai seorang muda yang mau diajar.
Penulis Amsal ini ingin agar kita?sebagai pembaca?bukan hanya sekadar bersikap asal dengar atau asal terima terhadap apa yang ia tuliskan, tetapi agar kita merespons secara serius. Hal ini terlihat dalam frasa "jikalau engkau" yang diulang sampai tiga kali (2:1,3,4). Penulis ingin agar kita menerima dan menyimpan seluruh perkataannya secara serius dalam hati. Kata "berseru", "mencari" dan "mengejar" (2:3-4) menunjuk pada perlunya kesungguhan?seperti mencari benda berharga?dalam mencari hikmat. Kesungguhan menginginkan hikmat akan membuat kita memperoleh pengertian tentang takut akan Tuhan dan membuat kita mengenal Allah (2:5).
Apakah orang yang sungguh-sungguh mencari hikmat pasti akan mendapatkan hikmat itu? Perkataan "mulut Tuhan" (2:6) merupakan antropomorfisme?gaya bahasa yang mengenakan ciri manusia pada diri Allah?yang menggambarkan Tuhan sebagai sumber hikmat. Jadi, hikmat harus dicari dengan kesungguhan, dan hikmat harus dicari pada sumber yang tepat, yaitu pada Tuhan yang merupakan sumber hikmat. Saat hikmat diperoleh, hikmat akan masuk ke dalam hati dan akan menyenangkan jiwa (2:10). Bagi orang yang sungguh-sungguh mencari hikmat dari Tuhan, kebijaksanaan dan kepandaian akan menjaga hidupnya (2:11). Dia akan terlepas dari jalan yang jahat (2:12-19) dan akan mengalami pemeliharaan Tuhan (2:20-22).
Saat Anda menghadapi persoalan, kepada apa atau kepada siapa Anda mencari pertolongan? Apa yang membuat Anda sulit menjadikan Tuhan sebagai sumber pertolongan? Bila Anda mengakui Tuhan sebagai sumber kekuatan dan hikmat bagi diri Anda, usaha apa yang telah Anda lakukan untuk mendapatkan hikmat? Apakah Anda hanya pasrah atau Anda mengikuti anjuran penulis kitab Amsal, yaitu bersungguh-sungguh mencari hikmat di dalam Alkitab, sama seperti mencari benda yang berharga? Besarnya usaha Anda dalam mengejar hikmat menunjukkan seberapa berharga hikmat itu bagi diri Anda!