Sebelum bangsa Israel memasuki Tanah Perjanjian, Tuhan telah mengkhususkan suku Lewi untuk melakukan semua pekerjaan di Kemah Suci (Bilangan 1:49-51). Pada zaman Raja Salomo, Kemah Suci--yang bisa dipindahkan tempatnya--dibangun menjadi Bait Suci yang megah dan bersifat permanen. Suku Lewi mendapat hak istimewa untuk mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan peribadatan karena saat suku-suku lain menyembah patung anak lembu emas, mereka tidak ikut (Keluaran 32:1-6,19-26). Peran imam--sebagai mediator antara umat Israel dengan Tuhan--sangat penting bagi bangsa Israel. Jabatan imam diberikan TUHAN kepada Harun dan anak-anaknya (Bilangan 3:10). Mereka menjalankan peribadatan--terutama mempersembahkan korban--dan mengurus segala pekerjaan rutin di Ruang Kudus dalam Kemah Suci atau Bait Suci. Tugas di luar masalah upacara peribadatan--seperti menjaga pintu gerbang, menjadi penyanyi dan pemusik, dan sebagainya--merupakan tugas suku Lewi di luar keturunan Harun.
Suku Lewi tidak diberi warisan tanah, agar mereka fokus melayani Tuhan dan menjadikan Tuhan milik pusaka mereka (Bilangan 18:20). Untuk penghidupan suku Lewi, Tuhan menetapkan agar suku-suku lain memberikan sejumlah kota dan tanah penggembalaan untuk dihuni oleh suku Lewi (1 Tawarikh 6:54-81). Penulis Tawarikh mencatat kesetiaan keturunan Lewi dalam melayani sebagai imam, mulai masa raja Salomo mendirikan Bait Suci (6:10) sampai masa pembuangan di Babel (6:15). Nehemia 12:1-26 mencatat daftar para imam--termasuk Ezra--dan orang-orang Lewi yang ikut kembali ke tanah Yehuda. Imam Ezra adalah imam yang melaksanakan reformasi peribadatan pada masa setelah bangsa Yehuda kembali dari pembuangan.
Pada masa kini, orang-orang percaya adalah imamat yang rajani, orang-orang yang dipilih dan dikhususkan menjadi umat kepunyaan Allah oleh Sang Imam Besar Agung, yaitu Yesus Kristus, untuk melakukan suatu tujuan yang mulia, yaitu "...memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib." (1 Petrus 2:9). Panggilan ini merupakan warisan Kristus yang sempurna, yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat layu, dan yang tidak dapat tercemar. Apakah Anda sudah merespons panggilan tersebut?