Kesalahan terbesar orang percaya pada umumnya adalah bahwa kita cenderung untuk lebih suka mendengar hal-hal yang menyenangkan hati daripada hal-hal yang memang perlu untuk kita dengar. Kita lebih suka mengunyah permen yang manis daripada menelan obat yang pahit. Meskipun kita tahu bahwa permen yang manis itu tidak baik untuk kesehatan, namun karena enak di lidah, kita tetap mengonsumsi permen dan menyukai permen.
Rehabeam--yang merupakan penerus Salomo--juga demikian. Saat orang Israel dan Yerobeam datang kepadanya untuk meminta keringanan atas pekerjaan dan pajak yang ditanggungkan kepada mereka, Rehabeam memutuskan untuk meminta nasihat teman-teman sebayanya. Rehabeam lebih dahulu bertanya kepada para tua-tua yang mendampingi Salomo, ayahnya. Namun, ia mengabaikan nasihat yang mereka berikan (10:7-8a). Sebaliknya, ia mengikuti nasihat teman-teman sebayanya (10:8-9). Rehabeam tidak menyukai--bahkan mengabaikan--nasihat para tua-tua, karena ia tidak sependapat dengan mereka. Sebaliknya, ia sepakat dengan nasihat teman-teman sebayanya, sehingga ia menuruti nasihat mereka, dan nasihat tersebut hampir mencelakai Rehabeam. Orang Israel menolak Rehabeam! Hadoram,--kepala rodi yang diutus kepada orang Israel--dilontari batu sampai mati. Bahkan, Rehabeam hampir-hampir celaka dan tidak dapat melarikan diri dari kekacauan itu (10:18). Rehabeam mencoba memerangi orang Isreal, namun TUHAN menghalangi niatnya. Pecahnya Kerajaan Israel menjadi Kerajaan Yehuda dan Kerajaan Israel memang berasal dari Tuhan, sesuai dengan janji-Nya kepada Yerobeam (10:15).
Meskipun pecahnya Kerajaan Israel--yang diakibatkan oleh dosa Salomo beserta orang Israel yang berbalik dari Tuhan--berasal dari TUHAN, pilihan ada di tangan Rehabeam. TUHAN memakai hati Rehabeam yang tidak mau taat kepada firman TUHAN untuk menjadi pemantik bagi penolakan dan pemberontakan terhadap diri Rehabeam sendiri. Di satu sisi, hati si pendosa tidak menyukai firman Tuhan yang sering menegur mereka dan membuat mereka menjadi merasa bersalah. Di sisi lain, firman Tuhan adalah pelita dan terang yang menuntun kita untuk mengambil pilihan yang mendatangkan kebaikan bagi diri kita. Apakah Anda telah berusaha bersikap terbuka terhadap koreksi yang dilakukan oleh firman Tuhan?