Kebangunan rohani yang dilakukan Raja Hizkia termasuk merayakan Paskah. Raja Hizkia tahu bahwa perayaan Paskah itu amat penting. Akan tetapi, sejak Kerajaan Israel pecah menjadi Kerajaan Utara dan Kerajaan Selatan, perayaan Paskah tidak lagi dirayakan oleh seluruh orang Israel secara bersama-sama sebagaimana yang dituntut dalam hukum Taurat (30:5,26). Paskah adalah peringatan bahwa malaikat maut yang membunuh setiap anak sulung--manusia dan hewan--di Tanah Mesir telah melewati rumah-rumah orang Israel yang kedua tiang pintu dan ambang atas rumahnya telah dibubuhi darah anak domba (Keluaran 12). Orang Israel merayakan Paskah untuk mengingat kembali perjanjian antara mereka dan Allah Penebus mereka. Setelah dipertimbangkan, Paskah diadakan di bulan kedua karena para imam belum menguduskan diri dalam jumlah yang banyak, dan rakyat belum berkumpul di Yerusalem (30:2). Paskah seharusnya diadakan di bulan pertama (Bilangan 9:1-5). Namun, dalam kondisi tertentu, Paskah boleh dilakukan di bulan kedua (Bilangan 9: 5-14).
Raja Hizkia meminta seluruh bangsa Israel agar turut merayakan Paskah, termasuk mereka yang masih tersisa di Israel Utara, yaitu mereka yang terluput dari tangan raja-raja Asyur (2 Tawarikh 30:6). Undangan ini tidak diterima semua orang. Di daerah Efraim, Manasye dan Zebulon, para pembawa undangan ditertawakan dan diolok-olok. Namun, beberapa orang dari suku Asyer, Manasye dan Zebulon merendahkan diri dan datang ke Yerusalem (30:10-11). Paskah diadakan--sesuai dengan perintah Allah--di bulan kedua tanggal empat belas (30:15). Namun, ada rakyat yang hadir tanpa menahirkan diri (30:18). Raja Hizkia mendoakan mereka agar Allah yang baik dan penuh rahmat itu mengadakan pendamaian bagi semua orang yang sungguh-sungguh berhasrat mencari Allah, yakni TUHAN, Allah nenek moyangnya, walaupun mereka tidak memenuhi syarat ketahiran. TUHAN mendengar doa Raja Hizkia dan membiarkan bangsa itu selamat (30:18-20). Peristiwa ini menunjukkan bahwa Hizkia adalah pemimpin yang hatinya seperti Allah yang penuh belas kasihan, walaupun ia tahu bahwa aturan harus ditegakkan. Hal ini berbeda dengan orang-orang Farisi dan para ahli Taurat yang terlalu mementingkan aturan dan mengabaikan belas kasihan. Tuhan Yesus memiliki belas kasihan, sehingga pada hari Sabat pun Ia mau menyembuhkan orang. Apakah Anda memiliki belas kasihan?