Tahun lalu, seorang mantan menteri kelautan divonis hukuman 5 tahun penjara atas kasus suap izin ekspor benih lobster. Vonis ini terasa terlalu ringan mengingat bahwa jumlah potensi kerugian negara ditaksir mencapai ratusan milyar rupiah. Vonis ini kontras dengan tuntutan ancaman hukuman maksimum 5 tahun penjara terhadap seorang bocah yang mencuri ayam sembilan tahun sebelumnya. Rasa ketidakadilan seperti inilah yang dirasakan oleh Nabi Habakuk saat mendengar penjelasan bahwa Allah akan memakai bangsa Kasdim yang lebih jahat untuk menghukum bangsa Yehuda.
Namun, di tengah kebingungannya, Nabi Habakuk belajar memercayai Allah yang berdaulat. Pernyataan, "Bukankah Engkau, ya Tuhan, dari dahulu Allahku, Yang Mahakudus? Tidak akan mati kami", (1:12a) menunjukkan pengenalan Habakuk terhadap kebaikan Allah. Meskipun jawaban Allah sangat membingungkan, ia belajar percaya bahwa keputusan Allah tidak mungkin bertentangan dengan kebaikan-Nya. Allah tidak akan membiarkan umat-Nya dibinasakan oleh bangsa kafir, bahkan Ia akan menebus dosa mereka.
Nabi Habakuk mengemukakan bahwa ia akan berdiri tegak di menara, meninjau dan menantikan jawaban Tuhan. Sebagai orang benar, ia hidup oleh percayanya (2:4). Percaya itu bukan sekadar pengetahuan, melainkan tindakan kebergantungan untuk memercayai kebaikan Allah yang berdaulat. Meskipun orang percaya terlihat lemah dan tertindas, bahkan tidak berdaya, sikap percaya akan membuat orang percaya bisa melihat di luar batas penglihatan mata, yaitu melihat Allah yang berdaulat atas segala sesuatu yang terjadi di dunia ini.
Terhadap pertanyaan mengapa Allah menghukum umat Yehuda dengan memakai bangsa Kasdim yang lebih jahat, melalui 5 sindiran "celakalah", Allah menjawab bahwa di masa depan, Ia akan menghukum bangsa Kasdim atau Babel karena penindasan, keserakahan, ketidakadilan, dan penghinaan mereka terhadap umat Yehuda; serta karena penyembahan berhala yang mereka lakukan (2:6-20).
Apakah Anda percaya bahwa keputusan Allah yang berdaulat itu selalu membawa kebaikan bagi umat-Nya? Apakah Anda sudah membiasakan diri untuk berusaha memandang setiap masalah berdasarkan sudut pandang Allah, tidak dibatasi oleh sudut pandang manusiawi yang terbatas? Percayalah kepada Allah!