Yehezkiel, anak Busi, adalah seorang imam dan sekaligus seorang nabi. Ia adalah keturunan Imam Zadok (bandingkan dengan Yehezkiel 44:15). Dia termasuk dalam kelompok orang Yehuda yang ditawan oleh Raja Nebukadnezar dari Babel pada tahun 597 BC. Nabi Yehezkiel menetap di dekat Sungai Kebar di Babel. Dia sudah menikah. Istrinya--yang juga berada di pembuangan--meninggal secara mendadak sekitar tahun 587 BC, saat Yerusalem sedang dikepung. Kita tidak memiliki info apa pun tentang anak-anak mereka. Arti nama "Yehezkiel"--yaitu "Allah menguatkan"--mengingatkan kita pada pelayanan penghiburan dan pemberian semangat yang dilakukan di antara orang-orang Yehuda dalam pembuangan.
Nabi Yehezkiel memakai empat cara berbeda dalam menyampaikan pesan: Pertama, melalui komunikasi lisan. Ia berbicara kepada orang-orang Yehuda di Babel secara lisan dan pribadi. Kedua, melalui penglihatan. Ketiga, melalui tindakan simbolis. Tindakan-tindakan simbolis Nabi Yehezkiel sangat banyak. Dalam tindakan simbolis, pesan dan pembawa pesan bergabung dalam satu cara komunikasi yang tak terpisahkan. Keempat, melalui nubuat dalam bentuk cerita dan puisi.
Tujuan Kitab Yehezkiel adalah: Pertama, mengumumkan penghukuman TUHAN kepada orang Yehuda yang tegar tengkuk atau keras kepala. Ia menegaskan bahwa setiap orang harus bertanggung jawab atas dosa yang mereka lakukan, dan ia menghimbau agar mereka memperhatikan nasihat untuk bertobat dan memperoleh hidup. Kedua, mengumumkan penghukuman TUHAN kepada bangsa-bangsa lain di sekeliling Israel yang secara aktif memusuhi serta menjadi penonton yang merasa sangat gembira saat melihat orang Yehuda diangkut ke pembuangan. Ketiga, mengumumkan keselamatan yang akan dialami umat TUHAN di masa mendatang. Penyelamatan ini merupakan sumber pengharapan bagi orang Yehuda yang dalam keadaan tertawan di negeri Babel.
Tujuan utama pembacaan Kitab Yehezkiel adalah untuk mengenal TUHAN. Kitab ini mengajar kita apa adanya tentang TUHAN, bagaimana Ia merespons, bagaimana perasaannya tentang kita, dan apa yang akan Ia perbuat terhadap diri kita. Ada ahli Alkitab yang berkata bahwa kitab ini paling kurang digemari orang karena alasan-alasan tertentu. Namun, menghindari kitab ini akan membuat kita melewati bagian penting dari penyataan TUHAN tentang diri-Nya. Kita akan kehilangan apa yang hendak Dia ajarkan kepada kita. Siapkanlah hati Anda untuk merenungkan firman-Nya! [Pdt. Sumito Sung]
Nabi Yehezkiel mendapat penglihatan tentang Allah saat dia berada di antara orang Yehuda dalam pembuangan yang menetap di tepi Sungai Kebar. Ia melihat langit terbuka dan melihat takhta Allah. Dalam awan, ia melihat empat sosok yang menyerupai makhluk hidup. Mereka berbentuk manusia, tetapi mereka masing-masing memiliki empat wajah dan empat sayap. Wajah mereka tampak seperti manusia, singa, lembu, dan rajawali. Secara tradisional, mereka adalah makhluk paling mengesankan. Wajah mereka mewakili kecerdasan, keagungan, kekuatan, dan kecepatan. Kaki mereka lurus, sehingga sangat stabil. Telapak kaki mereka tampak seperti kuku anak lembu. Kaki-kaki mereka bersinar seperti tembaga yang baru digosok. Kaki anak lembu menunjukkan kegesitan (Mazmur 29:6; Maleakhi 4:2). Mungkin, kemilau itu menunjukkan kekuatan mereka. Mereka adalah kerub atau malaikat (10:15,20). Penampakan malaikat bukan untuk menonjolkan diri mereka, melainkan untuk memperlihatkan keagungan TUHAN.
Nabi Yehezkiel melihat bahwa di atas kepala malaikat itu terdapat sesuatu yang seperti singgasana. Di atas singgasana itu, ada sosok yang kelihatan seperti manusia. Dari pinggang ke atas, ia tampak mirip dengan logam panas yang bersinar karena panas. Dari pinggang ke bawah, ia tampak menyerupai api. Di sekelilingnya, tampak pancaran cahaya, seperti cahaya yang mengelilingi logam merah membara dan api (1:26-27). Cahaya ini menyerupai pelangi dan melambangkan kemuliaan yang mengelilingi TUHAN saat Dia duduk di atas takhta surgawi (1:28).
Nabi Yehezkiel menyadari bahwa yang ia lihat adalah TUHAN. Penglihatan itu membuat ia tersungkur menyembah TUHAN. Ia sadar bahwa dia berada di hadirat TUHAN yang mulia dan suci, yang menghukum dosa dan kenajisan. Satu-satunya tanggapan yang tepat adalah bersujud dengan rendah hati, menyerahkan diri pada belas kasihan-Nya. Penglihatan ini menegaskan sifat TUHAN yang kudus, berkuasa, dan agung. Penglihatan ini merupakan latar belakang yang membuat ia memahami keberdosaan bangsa Israel dan penghukuman TUHAN atas bangsa-bangsa yang berdosa. Bacaan Alkitab hari ini seharusnya membuat kita menghargai kekudusan, kekuasaan, dan keagungan TUHAN. Apakah Anda pernah mengalami pengalaman yang membuat Anda "tersungkur" di hadapan TUHAN serta mengakui bahwa Anda adalah orang yang berdosa? [Pdt. Sumito Sung]