Pasal 6 berkaitan dengan penyebab penghukuman, yaitu penyembahan berhala. Pasal 7 berkaitan dengan sifat penghukuman. Di pasal 6, TUHAN memerintahkan Nabi Yehezkiel untuk mengucapkan nubuat penghukuman terhadap "gunung-gunung Israel". Frasa ini muncul cukup banyak di kitab ini. Pegunungan Israel--yang membentang dari utara ke selatan--mewakili seluruh Tanah Israel. Hal ini berbeda dengan Tanah Babel yang seluruhnya merupakan dataran. Gunung atau tempat tinggi di Israel sering menjadi tempat mempraktikkan penyembahan berhala. Ungkapan "tujukanlah mukamu" (6:2) selalu berarti berbalik ke arah sesuatu dengan niat bermusuhan. Ungkapan ini sering muncul di kitab ini.
Di pasal 7, TUHAN mengumumkan bahwa Dia akan menghukum seluruh tanah Israel, dan hukuman itu akan segera terwujud, tidak akan ditunda lagi. Jadi, penghukuman Allah itu bersifat pasti dan sudah dekat. Oleh karena itu, pasal ini menakutkan. Pasal ini terdiri dari sekelompok nubuat puitis yang dimaksudkan untuk meyakinkan sesama tawanan seperti Nabi Yehezkiel di negeri Babel, bahwa harapan mereka untuk segera kembali ke negeri mereka dan bertemu dengan keluarga mereka di tanah Yehuda tidak akan terwujud.
Penghukuman adalah tema yang mewarnai nubuat semua nabi Israel, tetapi tidak ada yang melebihi Kitab Yehezkiel dalam hal kengerian dan kedahsyatan hukuman Allah. Selain itu, tidak ada nabi yang mengulang tujuan pendidikan TUHAN melalui penghukuman:--yaitu agar mereka mengenal TUHAN--lebih banyak daripada Nabi Yehezkiel. Jadi, penghukuman bukan hanya merupakan upah terhadap dosa, tetapi juga merupakan upaya memperbaiki. Tujuan TUHAN dalam menghukum bukanlah untuk menghancurkan manusia yang telah Ia ciptakan, tetapi untuk membawa mereka kembali ke dalam keselarasan dengan tujuan awal penciptaan, yaitu agar manusia bersekutu dengan Allah Tritunggal.
Apakah Anda memiliki berhala, yaitu sesuatu yang lebih Anda hargai daripada TUHAN? Ingatlah bahwa hal-hal baik yang terlalu kita hargai--seperti keluarga atau karier profesional--bisa menjadi berhala. Berhala juga bisa berupa dosa yang kita rasionalisasi, misalnya keserakahan atau kerakusan yang kita anggap sebagai kebutuhan. Melalui terompet peringatan yang ditiup oleh Nabi Yehezkiel, Allah mengajar kita bahwa Dia sendiri adalah TUHAN!