Walaupun peristiwa yang dikisahkan dalam bacaan Alkitab hari ini seolah-olah mengalir begitu saja, sebenarnya peritiwa itu penuh pergumulan. Sebagai juru minuman raja, Nehemia harus melayani raja dalam kondisi yang optimal. Akan tetapi, kesedihan hatinya tidak bisa ia tutupi, padahal ekspresi sedih itu membuat ia bisa dicurigai sebagai memiliki niat yang negatif dan berisiko diganjar dengan hukuman. Saat ekspresi sedih itu diketahui raja, Nehemia menjadi sangat takut (2:2). Saat ditanya, Nehemia tidak boleh sembarangan menjawab. Bila tidak berkenan terhadap jawaban Nehemia, sang raja bisa saja menganggap dia ingin memberontak sehingga dia bisa dipenjara, bahkan ia bisa dihukum mati. Apa lagi, saat itu, kota Yerusalem pernah diisukan sebagai kota yang sering memberontak, sehingga Raja Artahsasta pernah memerintahkan penghentian pembangunan kota itu (Ezra 4:11-21). Oleh karena itu, permintaan untuk membangun kembali kota Yerusalem bertentangan dengan perintah yang pernah dikeluarkan oleh sang raja.
Di tengah ketakutan, Nehemia berdoa dan menyerahkan semua ketakutannya kepada TUHAN (2:4). Selanjutnya, ia menceritakan pergumulannya kepada raja. Setelah mendapat tanggapan positif, ia mengungkapkan harapan yang seolah-olah tampak mengalir begitu saja. Nehemia menjawab dengan detail apa yang diperlukannya. Tentunya jawaban ini bukanlah jawaban spontan mengingat bahwa Nehemia adalah juru minuman, bukan politikus atau pejabat yang memahami perkembangan situasi. Sangat mungkin bahwa Nehemia sudah membuat perencanaan secara mendetail. Perhatikan bahwa Nehemia mendengar berita tentang Yerusalem pada bulan Kislew atau bulan kesembilan (1:1) dan kegelisahan Nehemia diketahui oleh raja pada bulan Nisan atau bulan pertama (2:1). Empat bulan untuk bergumul bukanlah jangka waktu yang pendek. Jadi, Nehemia bukan sekadar berdoa, namun ia juga merencanakan semuanya dengan detail berdasarkan keyakinan bahwa Allah akan menggenapi janji-Nya. Dia bersabar menunggu waktu TUHAN. Selain berdoa dan merencanakan, Nehemia juga bersedia diutus untuk mengambil risiko. Ia rela meninggalkan zona nyaman untuk melakukan tugas pelayanan yang penuh risiko.
Apakah Anda sedang menggumuli pelayanan untuk Tuhan? Apakah Anda setia menanti penggenapan janji Tuhan? Apakah Anda bersedia meninggalkan zona nyaman untuk menaati kehendak Tuhan ?