Salam sejahtera dalam kasih Kristus.
Puji Tuhan! Pandemi Covid-19 telah dinyatakan berakhir oleh WHO. Akan tetapi, ingatlah bahwa Covid-19 masih ada, walaupun bahaya akibat Covid-19 telah jauh menurun dibandingkan sebelumnya. Sekalipun demikian, mereka yang telah berusia lanjut serta mereka yang menderita penyakit yang berkaitan dengan pernapasan, diabetes, darah tinggi, ginjal, dan jantung tetap harus waspada dan menjaga diri dengan selalu memakai masker di tempat umum agar tidak tertular Covid-19.
Pada edisi ini, Alkitab Terjemahan Baru Edisi Kedua (TB2) dari Lembaga Alkitab Indonesia telah lebih banyak dipergunakan, walaupun belum sepenuhnya. Dalam Alkitab TB2 ini, telah dilakukan banyak perubahan yang membuat Alkitab lebih mudah dipahami oleh pembaca pada masa kini. Adanya perubahan ini mungkin terasa canggung bagi mereka yang telah berusia lanjut dan kurang mengikuti perkembangan bahasa Indonesia. Akan tetapi, bagi sebagian besar pembaca berbahasa Indonesia, perubahan ini sangat bermanfaat. Kami menganjurkan agar para pembaca yang berbahasa Indonesia menyisihkan uang untuk membeli Alkitab TB2 ini.
Pada GeMA edisi ini, kita akan menyelesaikan pembacaan kitab Bilangan serta membaca kitab Ayub. Selain itu, kita akan mengikuti renungan khusus berjudul "Kepemimpinan Rohani". Renungan tentang masalah kepemimpinan ini dimulai pada tanggal 17 Agustus dengan pemikiran bahwa pembaruan dalam kepemimpinan itu amat penting, bukan hanya bagi gereja, tetapi juga bagi negara. Renungan kitab Ayub dan renungan kepemimpinan ini amat penting bagi umat Kristen. Kitab Ayub berisi kisah seorang saleh bernama Ayub yang mengalami penderitaan tanpa mengetahui mengapa dirinya harus mengalami penderitaan. Renungan Kepemimpinan akan menolong kita menepis pola kepemimpinan duniawi yang tidak sesuai dengan kehendak Allah.
Kami ingin mengingatkan kepada pembaca bahwa pembacaan Alkitab sangat penting bagi kesehatan rohani. Kita perlu membaca Alkitab karena melalui pembacaan Alkitab, Allah menyampaikan kehendak-Nya kepada umat-Nya. Pembacaan Alkitab akan membentuk pola pikir kita dan menolong kita untuk menjalani hidup sesuai dengan kehendak Allah. Kami mengucapkan terima kasih kepada para penulis dan penerjemah yang telah bekerja keras untuk menyiapkan buku renungan ini. Semoga GeMA tetap menjadi berkat bagi kita semua.
Suku Lewi dipisahkan secara khusus oleh TUHAN untuk menjadi asisten imam Harun yang melakukan pekerjaan jabatan pada Kemah Pertemuan atau Kemah Suci ((15); 3:8). Mereka bertanggung jawab untuk mengurus--mengangkat, membongkar, memasang, memelihara kualitas dan kuantitas--perkakas dan perabot dalam Kemah Suci (3:20-38). Selain itu suku Lewi sudah direncanakan menjadi milik TUHAN ganti semua anak sulung yang lahir di Israel ((16)-18; 3:11-13). Sebutan "orang Lewi" dibedakan dengan sebutan bagi para imam yang bertugas melayani dalam Kemah Suci. Tugas para imam adalah--misalnya--memasang lampu-lampu di depan kandil (8:1-4), melakukan ritual persembahan kurban penebus salah, kurban penghapus dosa, kurban keselamatan, dan lain-lain (pasal 1-7). TUHAN sangat serius dalam menetapkan dan menilai kekudusan para imam. Berkenaan dengan dua hal ini--yaitu pekerjaan jabatan dan milik TUHAN--TUHAN juga menetapkan standar kekudusan yang tinggi bagi suku Lewi 8:6-13).
Di zaman Musa, setiap orang dikuduskan dengan ritual yang dapat dilihat orang banyak. Besar kemungkinan, orang-orang di zaman itu memandang dan menjaga kekudusan dengan sangat ketat karena TUHAN bisa langsung turun tangan jika seseorang tidak serius menjaga kekudusan. Nadab dan Abihu mati hangus karena mempersembahkan api yang asing (10:1-3; bandingkan dengan 2 Samuel 6:6-7, Uza--yang berusaha menjaga agar tabut Allah tidak jatuh--dihukum oleh Allah). Demikian juga di zaman para rasul. Tuhan turun tangan menghukum mati Ananias dan Safira yang mendustai Allah atau mendustai Roh Kudus (Kisah Para Rasul 5:1-10).
Di zaman yang terus mengalami desakralisasi (penyepelean terhadap kesakralan/kekudusan), kita menghadapi tantangan untuk menjaga kekudusan. Para hamba Tuhan dalam pengertian paling luas--pemberita firman Tuhan, pemimpin pujian, penyambut jemaat, administrator gereja, dan lain-lain--yang terlihat suci dari luar dengan topeng kharisma yang melekat pada diri mereka, tidak benar-benar kudus/suci jika mereka tidak secara ketat menggenapi apa yang dituntut Tuhan mengenai kekudusan, terutama dalam hal sikap hati mereka. Casing (bungkus luar) dapat menipu orang, tetapi tidak dapat menipu Tuhan. Kekudusan yang terlihat belum tentu sama dengan kekudusan yang dituntut Tuhan. Bila Tuhan tidak langsung menghukum mereka yang meremehkan kekudusan, bukan berarti Tuhan mengabaikan ketidakkudusan. Bersyukurlah jika Tuhan tidak langsung mendatangkan azab karena kita melanggar kekudusan-Nya. Apakah Anda sudah bertobat dan mengejar kekudusan? Itulah tuntutan Tuhan terhadap setiap hamba-Nya! [GI Mario Novanno]