Sungguh tidak masuk akal bahwa menurut bacaan Alkitab hari ini, TUHAN mengutus Nabi Yesaya untuk menyampaikan pesan dan menguatkan hati Raja Ahaz. Hal ini tidak masuk akal karena Raja Ahaz adalah raja yang jahat, yang menyembah ilah-ilah lain, bahkan mempersembahkan anaknya sendiri kepada Molokh (2 Raja-raja 16:1-4). Kasih Allah benar-benar tidak masuk akal! Ia memberi kesempatan kepada Raja Ahaz untuk berbalik dan percaya kepada-Nya. Ketika Raja Aram dan Raja Israel bersepakat untuk memerangi Yerusalem, hati Raja Ahaz dan rakyatnya gemetar ketakutan seperti pohon hutan yang bergoyang ditiup angin (Yesaya 7:2). Di ayat sebelumnya (7:1), sudah dicatat bahwa upaya Raja Aram dan Raja Israel tidak berhasil. Sebelum kegagalan ini, Allah mengutus Nabi Yesaya untuk menyampaikan firman-Nya kepada Raja Ahaz. Di mata Raja Ahaz dan orang Yehuda, komplotan Raja Aram dan Raja Israel adalah ancaman yang dahsyat. Mereka ketakutan setengah mati. Namun, di mata Allah, mereka hanyalah puntung kayu api yang berasap. Mereka bahkan tidak mengeluarkan api yang membara, mereka hanya mengeluarkan asap. Allah menyakinkan Ahaz dan meminta dia untuk tabah dan tenang (7:4) karena serangan kedua raja itu tidak akan berhasil. Bagaimanakah respons Raja Ahaz: Apakah ia memercayai Allah yang berfirman melalui Nabi Yesaya? Ternyata tidak! Luar biasa sekali kekerasan hati dan ketidakpercayaan Raja Ahaz! Dalam 2 Raja-raja 16: 7-9, dicatat bahwa Raja Ahaz mengirim utusan kepada Tiglat-Pileser--Raja Asyur--untuk meminta bantuan guna mengalahkan Raja Aram dan Raja Israel. Ia mengambil emas dan perak dari Rumah TUHAN dan dari perbendaharaan istana raja, kemudian mengirimkannya kepada Raja Asyur sebagai hadiah. Raja Asyur kemudian maju melawan Damsyik serta merebutnya. Ia mengangkut penduduknya ke pembuangan dan membunuh Rezin yaitu Raja Aram. Serangan ke Yerusalem digagalkan dengan cara meminta pertolongan Raja Asyur.
Allah--yang tahu bahwa Raja Ahaz tidak memercayai Dia--mengutus Nabi Yesaya dengan anaknya, yaitu Syear Yasyub, kepada Ahaz (Yesaya 7:3). Anak Nabi Yesaya adalah "alat peraga" bagi Ahaz, karena Syear Yasyub berarti: Hanya Yang Tersisa Yang Akan Kembali. Allah memperingatkan Ahaz bahwa jika ia tidak percaya kepada Allah, dan mencari pertolongan ke pihak lain, Yehuda akan diangkut ke pembuangan, dan hanya yang tersisa yang akan kembali. Menurut Anda, mengapa Ahaz tidak memercayai Allah yang sudah berfirman dan berusaha menyakinkan dia? Dalam kehidupan sehari-hari, apakah Anda senantiasa memercayai Allah saat muncul kesulitan di depan mata?