Allah telah menyampaikan pesan penghukuman kepada orang Israel. Namun, bukannya berbalik dan bertobat, mereka malah dengan sombong merasa bahwa mereka dapat mengatasi apa pun yang menimpa mereka. Sekalipun tembok batu bata jatuh, mereka dapat mendirikan tembok baru dengan batu yang dipotong. Sekalipun pohon-pohon ara ditebang, mereka dapat menggantinya dengan pohon-pohon aras. Kesombongan membutakan mata hati mereka. Mereka sama sekali tidak takut terhadap hukuman yang akan mereka terima. Mereka justru menantang Allah dengan mengatakan bahwa mereka dapat membangun kembali apa yang telah dihancurkan. Allahlah yang membangkitkan para panglima Rezin melawan mereka dan menggerakkan musuh-musuh mereka: Orang Aram dari timur dan orang Filistin dari barat menelan Israel dengan mulut yang lebar (9:9-11). Namun, semua penghukuman ini belum menyurutkan murka Allah. Tangan-Nya masih teracung. Kalimat terakhir ini berulang kali dicatat oleh Nabi Yesaya (9:16,20; 10:4). Mengapa murka Allah belum surut, dan tangan-Nya masih teracung? Karena kesombongan dan kejahatan orang Israel yang begitu mengerikan! Meskipun dihukum, mereka tidak kembali dan tidak bertobat (9:12). Tidak dapat dibayangkan betapa kerasnya hati orang Israel. Kesombongan telah membutakan mereka sama sekali dan membuat mereka semakin jatuh ke dalam dosa.
Keadaan menjadi begitu buruk karena para pemimpin, tua-tua, dan pemuka--yang seharusnya memberi contoh atau teladan--justru menyesatkan rakyat dan membuat kekacauan (9:14-15). Pemimpin-pemimpin menentukan ketetapan-ketetapan yang tidak adil dan mengarang keputusan-keputusan yang lalim (10:1). Mereka memutarbalikkan keadilan dari orang lemah dan merebut hak orang sengsara supaya dapat merampas milik janda-janda dan menjarah anak-anak yatim (10:2). Jika para pemimpin melakukan hal-hal seperti itu, dapat dibayangkan apa yang terjadi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Itulah sebabnya, murka Allah belum surut dan tangan-Nya masih teracung. Sebagai orang percaya, kita harus berhati-hati dengan kondisi hati kita. Jangan sampai Anda dikuasai oleh kesombongan karena Anda merasa mampu meluputkan diri dari murka Allah. Janganlah jabatan, kekayaan, atau koneksi membuat Anda tidak hidup dalam takut akan TUHAN. Jangan mengandalkan kemampun yang Anda miliki. Jangan hidup dalam dosa atau melakukan hal-hal yang dibenci Tuhan. Bila Allah masih memberi kesempatan untuk berubah, jangan mengeraskan hati. Bertobatlah dan kembalilah kepada Allah karena Ia memberi pengampunan dan mengasihi dengan limpah.