Salah satu ajaran terpenting dari Reformasi Protestan adalah mengenai imamat dari semua orang percaya. Artinya, semua orang percaya sama posisinya di hadapan Allah. Tidak ada kelompok orang istimewa yang menjadi pengantara manusia kepada Allah. Pengantara satu-satunya adalah Tuhan Yesus Kristus. Setiap orang percaya memiliki akses langsung kepada Allah melalui Kristus. Setiap orang percaya berhak dan bertanggung jawab untuk membaca Alkitab, untuk melayani Allah, untuk mendoakan dan membawakan pergumulan sesama saudara dan dunia ini ke hadapan Allah. Semua orang percaya adalah imam Allah yang boleh menjadi juru syafaat bagi orang lain.
Ajaran di atas bukan ajaran baru. Alkitab sudah mengajarkannya. Para Reformator perlu menekankan ajaran ini lagi karena pada zaman itu, banyak ajaran dan praktik gereja yang mengistimewakan kelompok elit pemimpin gereja. Mereka dianggap sebagai pengantara umat kepada Allah. Bahkan, praktik berdoa memohon kepada para santo dan santa dan menjadikan mereka sebagai pengantara kepada Allah adalah praktik yang umum. Dalam kondisi seperti ini, anggota jemaat biasa menjadi tidak berfungsi, tidak memiliki pengetahuan Alkitab, dan menjadi orang Kristen yang semata-mata bergantung pada pemimpin gereja.
Bacaan Alkitab hari ini mengatakan bahwa orang percaya adalah "imamat yang rajani", imam Allah dalam Kerajaan Allah yang juga bertugas sebagai nabi yang "memberitakan perbuatan-perbuatan Allah yang besar" (2:9). Oleh karena itu, setiap orang percaya merupakan batu hidup dalam bangunan rumah Allah (2:5) dengan Kristus sebagai Sang Batu Hidup itu sendiri (2:4). Gereja Tuhan terdiri dari Kristus sebagai Kepala Gereja dan sumber kehidupan gereja, dan setiap anggota gereja merupakan batu yang hidup untuk membangun gereja Tuhan. Setiap anggota jemaat adalah organ penting dalam gereja sehingga harus berfungsi dalam pelayanan dan kehidupan bergereja.
Kadang-kadang kita merasa bukan "orang penting" di gereja, sehingga merasa cukup untuk hanya hadir dan ikut kebaktian. Kita tidak mau terlibat pelayanan, tidak mau mendoakan orang lain, tidak mau membaca Alkitab, tidak mau mengusahakan kesejahteraan sesama saudara kita, dan tidak mau peduli dengan nasib dunia yang semakin memburuk. Sikap seperti ini bukanlah sikap rendah hati, tetapi sikap yang menyangkali identitas dan fungsi kita sebagai imam-imam Allah yang Allah tempatkan untuk melayani Allah, untuk mendoakan orang lain, untuk belajar kebenaran Allah dan memberitakan kebenaran tersebut. Setelah memperoleh keselamatan oleh anugerah Allah, Apakah Anda sudah menjadi berkat bagi banyak orang dan bagi dunia ini?