Pandemi telah menyerang--bahkan menghancurkan--kebersamaan. Penularan virus Covid-19 yang telah menelan banyak korban memaksa kita untuk memulai kebiasaan baru, yaitu menjaga jarak aman. Kita semua tidak ingin tertular. Oleh karena itu, sikap menjaga jarak itu sering disertai dengan berkembangnya sikap curiga. Sikap curiga ini sangat mengganggu hubungan kita dengan orang lain. Dalam lingkup iman Kristen, kita bisa mengatakan bahwa sikap saling curiga ini merusak persaudaraan Kristen. Interaksi di antara sesama anggota gereja menjadi sangat terbatas, bahkan jumlah kehadiran anggota gereja dalam ibadah di berbagai gereja--terutama di kota besar--merosot tajam. Tingkat kepedulian dalam persaudaraan Kristen juga sangat merosot.
Gereja mula-mula--yang terbentuk pada hari Pentakosta (Kisah Para Rasul 2)--tidak mengalami pandemi, tetapi mengalami ancaman dan penganiayaan, baik dari pihak orang-orang bukan Yahudi maupun dari pihak orang-orang Yahudi yang menentang kekristenan. Dalam situasi seperti itu, ternyata orang-orang percaya bersatu. Mereka tidak mementingkan diri sendiri, tetapi mementingkan kebersamaan. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul, dalam persekutuan, dalam memecahkan roti dan berdoa. Persekutuan mereka itu dikuatkan oleh berbagai mujizat dan tanda yang memperlihatkan restu Allah atas kebersamaan mereka. Yang sangat menakjubkan, persatuan mereka itu diwarnai oleh kesediaan berbagi. Mengingat bahwa sebagian anggota persekutuan orang percaya yang berkumpul di Yerusalem pada hari Pentakosta itu berasal dari tempat yang jauh, jelas bahwa bekal mereka terbatas. Supaya mereka bisa berdiam lebih lama di Yerusalem untuk mendengar ajaran para rasul, anggota jemaat yang kaya--yang berasal dari daerah Yerusalem dan sekitarnya--secara bergiliran menjual harta miliknya dan memakai hasil penjualan itu untuk memenuhi kebutuhan bersama. Jelas bahwa orang-orang percaya di gereja mula-mula itu adalah orang-orang yang memiliki kerinduan dan ketekunan untuk berdoa serta mempelajari dan menerapkan firman Allah. Mereka juga memiliki rasa kesatuan yang membuat mereka rindu untuk bersekutu dan saling berbagi. Kesatuan orang percaya itu direstui oleh Allah sehingga persekutuan mereka diwarnai oleh sukacita dan keberadaan mereka disukai oleh orang-orang di sekitar mereka.
Apakah kesatuan orang percaya itu juga terlihat dalam gereja Anda? Apakah kesatuan di gereja Anda tercermin dalam ketekunan beribadah bersama serta terwujud dalam sikap saling memperhatikan dan kesediaan berbagi? Apakah Anda bertekun dalam bersekutu serta mempelajari dan menerapkan firman Allah?