Bagaimana reaksi terdakwa yang dinyatakan terbukti tidak bersalah dan divonis bebas? Bagaimana perasaan budak yang dibebaskan oleh tuannya? Reaksi yang wajar adalah lega dan senang. Di pasal ini, Rasul Paulus menunjukkan, bahwa orang yang memercayai Kristus itu sangat beruntung--sehingga seharusnya sangat girang--karena setiap orang yang hidup di dalam Kristus dinyatakan tidak bersalah dan divonis bebas dari hukuman", bukan hanya seperti budak yang dibebaskan, tetapi sebagai budak yang diangkat menjadi anak! (8:1,15).
Sebelum hidup di dalam Kristus, semua orang--Yahudi maupun non-Yahudi--terbukti berdosa dan terancam hukuman maut (6:23). Sama seperti terdakwa yang bersalah tidak sanggup membebaskan diri sendiri, semua orang berdosa tidak berdaya karena terbelenggu oleh dosa. Usaha keras berjuang memenuhi tuntutan hukum Taurat akan sia-sia karena tuntutan itu tidak akan bisa ia penuhi. Dia akan terus memiliki status berdosa dan berada dalam bayang-bayang hukuman kekal berupa maut. Namun, saat beriman kepada Kristus, orang percaya dibebaskan dari maut yang merupakan upah dosa (8:2). Rohnya--yang mati--dilahirkan kembali oleh Roh Kudus, sehingga ia bisa menerima pengampunan dosa yang ditawarkan Allah melalui karya salib Kristus (8:3). Selain itu, Roh Kudus memimpin hidupnya, memberi keyakinan bahwa ia adalah anak Allah, sehingga ia berani berseru bahwa dirinya adalah anak Allah (8:13-15). Dua status baru itu membahagiakan, bukan?
Vonis bebas dan adopsi menjadi anak Allah ini bukan tujuan akhir keselamatan Allah, melainkan awal proses pengudusan atau proses pertumbuhan rohani menuju keserupaan dengan Kristus (8:29). Oleh karena itu, Rasul Paulus mengingatkan jemaat Roma untuk menggunakan anugerah kebebasan dan adopsi dengan tepat: Pertama, untuk membayar hutang penebusan hukuman dosa kita, dengan cara menyambut pekerjaan Roh Kudus--yang memimpin semua anak Allah dan mematikan perbuatan-perbuatan daging--dengan mempersilakan Roh Kudus bekerja dalam hidupnya (8:10-13). Kedua, untuk menjalani hidup sesuai dengan status yang baru, bukan sebagai budak, melainkan sebagai anak yang tunduk pada aturan main Bapa di sorga (8:15). Ketiga, untuk rela hidup bersama Allah dalam senang maupun susah, siap menderita dan siap dimuliakan bersama Kristus (8:17).
Demikian pula seharusnya hidup kita saat ini. Sementara anak-anak dunia ini hidup menurut keinginan daging dan diperbudak oleh berbagai kecanduan dosa, persilakanlah Roh Kudus memimpin hidup Anda dengan leluasa. Apakah Anda sudah hidup sesuai dengan status kita sebagai orang-orang merdeka dan sebagai anak-anak Allah?