Rasul Paulus masih menujukan bagian ini terutama kepada jemaat Roma non-Yahudi yang tidak pernah hidup di bawah hukum Taurat. "Karena itu, Saudara-saudara, oleh kemurahan Allah," (12:1) artinya setelah mengalami kelimpahan kemurahan Allah--diselamatkan dan diadopsi menjadi anak-anak Allah melalui iman kepada Kristus (pasal 1-11)--mereka adalah manusia baru yang tidak boleh membiarkan diri mereka dipengaruhi oleh budaya dosa di sekitar mereka. Sebaliknya, mereka harus berubah dan bertumbuh, baik dalam pola pikir maupun dalam perilaku mereka dengan dua cara: Pertama, bertekad mempersembahkan tubuh atau mempersembahkan seluruh aspek hidup kepada Tuhan. Mempersembahkan tubuh merupakan ibadah "yang sejati" (12:1-3). Kata "mempersembahkan" di sini mengacu pada tugas seorang imam yang mempersembahkan binatang kurban di Bait Allah. Penekanan pada mempersembahkan tubuh ini penting karena jemaat berada di tengah lingkungan masyarakat kota Roma penganut filsafat dualisme yang disebut Gnostikisme. Mereka meyakini bahwa roh itu penting dan tubuh itu tidak penting. Paulus mengoreksi kesalahan filsafat tersebut, yang telah membuat sebagian anggota jemaat Roma menganggap tubuh mereka bisa dipakai untuk melakukan apa saja, asal roh mereka dipersembahkan pada Tuhan. Kedua, bertekad untuk berubah berdasarkan perubahan akal budi atau perubahan pola pikir menjadi semakin mengerti kehendak Allah (12:2). Hal ini jelas hanya bisa terjadi dengan pertolongan firman Tuhan dan Roh Kudus.
Rasul Paulus meyakini bahwa tekad hati dan perubahan akal budi akan menghasilkan transformasi atau perubahan sikap dan perilaku. Terhadap sesama anggota tubuh Kristus, perubahan itu bersifat saling melengkapi dan saling memberkati melalui penerapan karunia rohani masing-masing (12:4-8). Dengan demikian, transformasi diri akan memudahkan terwujudnya kesatuan di tengah keluarga secara rohani di jemaat Roma, serta menjadi bekal untuk memengaruhi komunitas terdekat di luar jemaat, yakni keluarga mereka masing-masing.
Saat ini, masih ada orang Kristen yang tidak memandang tubuhnya sebagai bait Allah dan menganggap tubuh mereka kurang penting. Sambutlah ajaran Rasul Paulus serta ajaran Rasul Petrus yang memandang umat Kristen sebagai komunitas para imam (1 Petrus 2:9). Sebagai imam, Anda harus menguduskan diri dan mempersembahkan kurban--yakni hidup Anda sendiri--yang Anda persembahkan melalui komitmen setiap hari. Apakah Anda sudah memohon agar firman Tuhan terus mengubah akal budi Anda serta membuat hidup Anda berdampak bagi komunitas jemaat dan keluarga Anda?