Pasal terakhir surat yang sangat doktrinal ini menyingkapkan sosok Rasul Paulus yang ternyata ramah dan suka membangun relasi dengan orang lain. Rasul Paulus punya naluri kuat untuk bekerja dalam tim, sekaligus hasrat kuat untuk membangun keluarga secara rohani. Setidaknya, ada dua puluh delapan nama penerima salam dan delapan nama penitip salam dalam surat Roma ini. Ada pula nama-nama perempuan di daftar nama itu, empat di antaranya disebut sebagai "teman sekerja". Hal ini mencerminkan sikap memandang posisi wanita sebagai setara dengan laki-laki. Tampak bahwa Rasul Paulus sangat menghargai sumbangsih setiap orang yang ia sebut. Semua rekan mendapat tempat penting di hatinya, padahal saat itu, ia belum pernah mengunjungi dan melayani jemaat Roma.
Selain membangun tim kerja, Rasul Paulus bersemangat membangun keluarga secara rohani. Hal itu tampak dari banyaknya istilah menyangkut keluarga di pasal ini. Febe disebut sebagai "saudari kita" (16:1) dan Kwartus sebagai "saudara kita" (16:23). Perintah untuk "bersama-salam dengan cium kudus" (16:16) dan sebutan "saudara-saudara" (16:17) adalah khas dalam konteks relasi keluarga. Tampak jelas dari latar belakang nama-nama yang disebutnya bahwa Rasul Paulus menghendaki adanya keluarga rohani yang anggotanya berasal dari beragam etnis dan status sosial: Priskila dan Akwila adalah pasangan suami istri Yahudi penjual tenda (16:3). Andronikus dan Yunias adalah nama orang-orang terpandang (16:7). Urbanus adalah nama yang umum di antara para budak (16:9). Herodion termasuk keluarga Herodes (16:11). Erastus adalah seorang pejabat Romawi (16:11). Rufus, anak dari Simon Kirene, adalah orang Afrika(16:13). Mereka dipersatukan oleh injil dan menjadi keluarga Allah melalui iman kepada Kristus.
Pada intinya, Rasul Paulus mengajar jemaat Roma untuk saling berlaku sebagai rekan kerja dan keluarga. Secara praktis, hal itu bisa dilakukan dengan saling menyambut (16:2), saling mengakui dan menghargai sumbangsih orang lain (16:3-16), serta saling mengingatkan atau saling melindungi dari serangan Iblis melalui guru palsu dan ajaran palsu yang bisa memecah-belah keluarga Allah (16:17-20). Ia meyakini bahwa kesadaran sebagai rekan kerja dan sebagai keluarga akan membuahkan sikap bersatu, sekaligus waspada, sehingga gereja Roma selalu siap menghadapi bahaya, baik dari dalam maupun dari luar.
Saat ini, gereja menghadapi bahaya besar. Pekerjaan Tuhan memerlukan dukungan banyak pihak. Agar Injil didengar dan dilihat oleh generasi zaman ini, apakah Anda turut menumbuhkan kesadaran sebagai rekan kerja dan sebagai keluarga rohani di gereja Anda?