Pergumulan gereja dari masa ke masa belum banyak berubah. Masalah-masalah yang ada di gereja masa kini sangat mungkin merupakan cermin dari kondisi gereja di Korintus pada masa lalu. Gereja di Korintus berhadapan dengan berbagai macam masalah dan dosa. Gereja di Korintus diperhadapkan dengan berbagai tantangan hidup yang nyata, seperti perpecahan, penyembahan berhala, seksualitas, pernikahan, tempat wanita dalam kehidupan bergereja, dan karunia Roh. Gereja bukan hanya telah disusupi, tetapi juga telah dirusak oleh amoralitas dan ketidakdewasaan rohani. Iman orang percaya di Korintus sedang diuji, dan sebagian di antara mereka gagal dalam ujian tersebut.
Rasul Paulus mengonfrontasi dosa mereka, mengajarkan tindakan korektif yang perlu serta menuntut komitmen yang jelas kepada Kristus. Setelah pendahuluan singkat (1:1-9), Ia menasihati jemaat untuk memelihara kesatuan, menekankan pesan Injil, menjelaskan peran para pemimpin gereja, dan mendorong mereka untuk bertumbuh dalam iman (1:10-4:21). Ia juga menegur amoralitas dalam gereja dan tindakan mencari keadilan di luar gereja, menerapkan disiplin gereja, dan menyelesaikan masalah internal mereka sendiri (5:1-6:8). Ia mengecam dosa seksual (6:9-20). Banyak rumah tangga di Korintus bermasalah karena prostitusi dan amoralitas, sehingga secara praktis, ia mengajarkan bagaimana seharusnya bereaksi terhadap kondisi ini (7:1-40). Terhadap makanan yang dipersembahkan kepada berhala, ia menyarankan agar mereka menunjukkan komitmen penuh kepada Kristus dan kepekaan terhadap orang percaya yang lain, terutama terhadap mereka yang lebih lemah iman (8:1-11:2). Tentang ibadah, ia dengan cermat menjelaskan peran wanita, Perjamuan Tuhan, dan karunia rohani (11:3-14:40). Di tengah pembicaraan ini, ia menempatkan uraian yang luar biasa tentang kasih (pasal 13). Ia menutup suratnya dengan pembahasan mengenai kebangkitan (15:1-58), beberapa pemikiran terakhir, salam, dan ucapan syukur (16:1-24).
Dalam surat 1 Korintus, Rasul Paulus dengan sangat serius mengonfrontasi dosa dan kesalahan yang terjadi dalam gereja. Surat ini menyerukan agar semua orang percaya berhati-hati agar tidak berbaur dengan dunia dan menerima nilai-nilai serta gaya hidup dunia. Kita harus berusaha menjalani kehidupan yang berpusat pada Kristus, sedekat dan setepat mungkin, serta penuh kasih, sehingga kita menjadi saksi dan memancarkan kasih Tuhan. Kiranya surat 1 Korintus menolong dan menjaga kehidupan bergereja dan kehidupan pribadi kita tetap pada panggilan mengikut Kristus, bukan mengikut dunia. [GI Mario Novanno]
Apolos, Rasul Paulus, dan Kefas adalah tiga tokoh besar dalam jemaat Korintus. Apolos merupakan tipe orang yang dalam waktu singkat bisa menarik banyak orang untuk datang ke gereja. Kemampuan berkomunikasinya sangat baik, sehingga setiap kali ia berbicara, orang-orang pasti memperhatikan. Khotbahnya menarik karena kedalaman pengetahuannya akan Kitab Suci. Dia melayani dengan bersemangat, sehingga banyak orang mengaguminya. Ia berbicara dari hati, bukan sekedar dari otak (lihat Kisah Para Rasul 18:24-26). Rasul Paulus adalah orang yang dekat dengan Tuhan Yesus. Ia bisa membongkar dan melucuti kebobrokan hati manusia. Ia adalah pendiri--tokoh senior dalam jemaat--sehingga pantas bila ia dihormati. Kefas--salah satu murid terdekat Tuhan Yesus--sering menjadi juru bicara para murid. Keunggulan dan jasa mereka bertiga membuat mereka memiliki penggemar sendiri-sendiri dan memunculkan kelompok-kelompok dalam jemaat Korintus.
Pengultusan--atau pemujaan--terhadap manusia kerap berkembang di sekitar para pemimpin besar. Para pengikut terpesona terhadap kharisma dan kecakapan seorang pemimpin. Padahal, baik Rasul Paulus, Apolos, maupun Kefas sama sekali tidak berusaha menarik pengikut sebanyak-banyaknya kepada diri mereka. Sejak awal suratnya, Rasul Paulus sudah berulang kali mengingatkan jemaat Korintus bahwa ia bukan siapa-siapa tanpa Allah. Atas kehendak Allah-lah, ia dipanggil menjadi rasul Kristus Yesus. Bila Tuhan--di dalam anugerah-Nya--tidak memanggilnya, jangankan menjadi rasul, menjadi orang kudus pun ia tidak pantas. Jemaat perlu selalu ingat bahwa anugerah yang diberikan kepada setiap orang percaya berasal dari Tuhan. Di dalam Kristus saja, berbagai karunia diberikan kepada orang percaya, termasuk kepada Rasul Paulus, Apolos, dan Kefas. Rasul Paulus mengoreksi sikap favoritisme--atau kebanggaan terhadap salah satu figur hamba Tuhan unggulan--yang tidak semestinya. Favoritisme yang benar adalah kebanggaan terhadap Kristus saja, bukan terhadap yang lain.
Hati-hati agar Anda jangan sampai terlalu mengagumi sosok hamba Tuhan tertentu, sehingga Anda mengabaikan Tuhan, dan Anda menempatkan sosok itu di posisi Tuhan. Kesalahan ini bisa berakibat fatal, yaitu perpecahan dalam jemaat. Perpecahan akan membuat Tuhan dikecewakan dan jemaat mengalami kepahitan! Saat perpecahan mengintai, apakah Anda bersedia mengingatkan para hamba Tuhan Anda akan anugerah Tuhan yang memampukan mereka untuk melayani dengan baik serta mendoakan mereka agar tetap rendah hati? [GI Mario Novanno]