Perumpamaan tentang penabur merupakan salah satu perumpamaan Tuhan Yesus yang paling populer. Saat itu, Tuhan Yesus mengajar sambil duduk di sebuah perahu yang sedang berlabuh di tepi danau, sedangkan para pendengar-Nya berada di darat. Hampir dapat dipastikan bahwa dari tepi danau itu, mereka semua bisa menyaksikan petani yang sedang menabur benih di sawah. Pada masa itu, petani membawa benihnya dalam sebuah kantong yang digantungkan di leher atau bahunya. Petani menabur benih sambil berjalan, sehingga dia tidak terlalu memperhatikan bahwa benih yang ia tabur tidak semuanya jatuh di tanah yang baik, tetapi ada yang jatuh di pinggir jalan, ada yang jatuh di tanah yang tipis dan berbatu-batu, dan ada yang jatuh di semak duri. Tempat benih itu jatuh menentukan perkembangan benih tersebut. Benih yang jatuh di pinggir jalan bisa di makan burung sampai habis. Benih yang jatuh di tanah yang tipis dan berbatu-batu segera tumbuh, tetapi segera layu dan kering saat terkena sinar matahari. Benih yang jatuh di semak duri akan terimpit oleh semak duri itu, sehingga benih itu juga mati dan tidak berbuah. Hanya benih yang jatuh di tanah yang subur saja yang bisa bertumbuh dan berbuah.
Perumpamaan tantang menabur benih itu dipakai oleh Tuhan Yesus untuk menjelaskan tentang hasil dari proses menabur benih firman Allah yang bergantung pada respons pendengar. Benih yang jatuh di pinggir jalan menggambarkan orang yang mendengarkan firman secara tidak serius sehingga mudah lupa. Benih yang jatuh di tanah berbatu menggambarkan orang yang menerima firman dengan gembira, tetapi tanpa penghayatan, sehingga firman itu segera terlupakan saat orang itu menghadapi masalah. Benih yang jatuh di semak duri adalah orang yang mendengar firman, tetapi firman itu tergeser oleh kekhawatiran dan keserakahan. Benih yang jatuh di tanah yang baik adalah firman yang disambut dan direspons dengan tindakan sehingga firman itu berdampak dalam kehidupan. Jelas bahwa dampak firman itu sangat bergantung pada cara seseorang merespons firman, bukan pada cara firman itu ditaburkan.
Apakah firman Allah bertumbuh dalam hidup Anda? Bila hidup Anda tidak mengalami pertumbuhan rohani, apakah Anda menyalahkan pengkhotbah atau menyalahkan terjemahan Alkitab yang sulit dimengerti atau Anda mengoreksi diri? Bila Anda tidak berkonsentrasi saat membaca atau mendengarkan firman Allah, wajar bila Anda tidak bertumbuh secara rohani! Bila Anda tidak memegang firman Allah serta memakai firman itu untuk menghadapi masalah dan mengatasi kekhawatiran, tidak mengherankan bila Anda tidak bertumbuh secara rohani!