Sebagian adat istiadat bersifat netral, tetapi kita perlu waspada terhadap adat istiadat yang bertentangan dengan iman Kristen. Masalah mencuci tangan sebelum makan merupakan kebiasaan yang baik. Akan tetapi, kebiasaan ini menjadi sumber masalah bila dianggap sebagai standar kerohanian. Dalam bacaan Alkitab hari ini, orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat memprotes murid-murid Tuhan Yesus yang makan tanpa mencuci tangan lebih dahulu. Bagi mereka, sikap tidak mencuci tangan sebelum makan itu membuat murid-murid Tuhan Yesus menjadi najis dan harus dikucilkan dari pergaulan dalam masyarakat Yahudi. Tuhan Yesus mencela sikap orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang berlebihan itu. Tuhan Yesus mengatakan bahwa mereka seharusnya mengutamakan ketaatan terhadap perintah Allah yang sudah jelas seperti masalah menghormati orang tua. Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan—walaupun kebiasaan itu baik—tidak perlu dilebih-lebihkan dan tidak boleh dijadikan sebagai standar kerohanian. Bagi Tuhan Yesus, tidak mencuci tangan hanyalah masalah sepele yang tidak membuat seseorang menjadi najis. Bagi Tuhan Yesus, yang lebih penting daripada mencuci tangan adalah membersihkan hati dari pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinaan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, dan kebebalan (7:20-23).
Pada masa kini, masih ada orang Kristen yang menilai kerohanian seseorang dari penampilannya. Misalnya, bagi sebagian orang, orang Kristen yang terhormat adalah orang yang selalu berpenampilan rapi, memakai sepatu, tidak berbau, dan berbagai ketentuan lain yang didasarkan pada penampilan luar. Perlu disadari bahwa berpenampilan rapi dan bersih serta tidak berbau adalah hal yang baik. Akan tetapi, hal-hal yang berkaitan dengan penampilan luar itu tidak boleh menjadi standar kerohanian. Orang miskin yang penampilannya buruk bukanlah orang yang perlu disingkirkan atau dikucilkan. Sebaliknya, kesucian hidup, relasi yang baik dengan Allah, hati yang senang menolong merupakan hal-hal yang penting untuk dijaga oleh setiap orang percaya. Kebaikan hati dan iman kepada Allah seharusnya menjadi standar yang lebih penting daripada masalah penampilan. Ingatlah bahwa penampilan yang baik kadang-kadang bisa merupakan upaya untuk menutupi kebiasaan berdosa. Apakah Anda telah membiasakan diri untuk bersikap kritis terhadap hal-hal yang berlangsung di sekitar Anda? Bagaimana standar Anda dalam menilai kerohanian sesama dan diri Anda sendiri: Apakah Anda menilai berdasarkan penampilan atau Anda menilai berdasarkan kebaikan hati dan iman kepada Allah?