Saat Tuhan Yesus mengutus kedua belas murid-Nya untuk pergi memberitakan Injil, Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat (6:7). Saat para murid melaksanakan perintah tersebut, mereka berhasil mengusir banyak setan (6:13). Mungkin saja keberhasilan mengusir setan itu menumbuhkan kebanggaan. Akan tetapi, dalam bacaan Alkitab hari ini, ternyata bahwa para murid gagal mengusir roh yang membuat seorang anak menjadi bisu tuli dan amat tersiksa (9:17-18). Mengapa mereka gagal mengusir roh itu? Pertama, dalam kasus pengusiran roh ini, Tuhan Yesus menuntut agar orang tua yang ingin anaknya disembuhkan itu memercayai Dia (9:16-24). Saat anak yang kerasukan roh itu dibawa kepada Tuhan Yesus, yang diperhatikan Tuhan Yesus bukan hanya keperluan sang anak untuk sembuh, tetapi juga keperluan orang tuanya untuk menjadi percaya. Jadi, jelas bahwa kesembuhan tidak lebih penting daripada menjadi percaya. Kedua, Tuhan Yesus menjelaskan kepada murid-murid-Nya bahwa untuk kasus ini, pengusiran roh ini harus disertai dengan doa (9:29). Secara tidak langsung, Tuhan Yesus menjelaskan bahwa ada berbagai tingkat kesulitan dalam pelayanan pengusiran roh jahat, sekaligus Tuhan Yesus menjelaskan bahwa doa merupakan disiplin rohani yang penting yang tidak boleh diabaikan oleh setiap orang yang ingin melayani Tuhan.
Bacaan Alkitab hari ini mengingatkan setiap pelayan Tuhan bahwa kuasa yang Tuhan berikan dalam pelayanan harus dipraktikkan dalam sikap ketergantungan kepada Tuhan, yang antara lain diwujudkan melalui disiplin berdoa. Jika Anda merasa mendapat karunia untuk mengusir setan, janganlah Anda membanggakan diri seolah-olah Anda menjadi sama atau setara dengan Tuhan yang Maha Kuasa. Karunia rohani yang kita terima juga tidak boleh membuat kita merasa lebih rohani dari sesama saudara seiman yang lain. Sebaliknya, karunia rohani yang kita terima seharusnya membuat kita makin merendahkan diri di hadapan Tuhan, dan membuat kita selalu berusaha menjaga disiplin rohani dengan terus menjalin relasi dengan Tuhan melalui pembacaan dan perenungan firman Tuhan, doa, serta kesediaan untuk menaati seluruh firman-Nya. Bila Anda berdoa, Anda harus selalu waspada agar doa bukan hanya sekadar menjadi rutinitas, tetapi doa harus menjadi ungkapan sikap kebergantungan kita kepada Tuhan. Apakah Anda sudah memahami karunia rohani yang telah Tuhan berikan kepada diri Anda? Apakah Anda telah mempraktikkan karunia rohani yang telah Anda terima untuk melayani sesama? Apakah Anda tetap setia menjalin relasi dengan Tuhan sebagai ungkapan sikap kebergantungan Anda kepada-Nya?