Walaupun Yosua sudah mendapat otoritas dari Allah untuk memimpin bangsanya (1:2-3), ia tidak sekadar memerintah. Dia membawa bangsa Israel untuk lebih tunduk kepada Tuhan, bukan kepada dirinya. Setelah diyakinkan atas kemenangan yang akan diperoleh melalui berita dari kedua pengintai yang ia utus (2:24), Yosua tidak menjadi takabur dan asal berperang, tetapi Yosua memandang bahwa hal yang jauh lebih penting daripada berita itu adalah kehadiran Allah di tengah umat-Nya (3:10). Oleh karena itu, Yosua meminta umat Israel untuk menguduskan diri di hadapan Allah dan menantikan Allah bekerja (3:5). Yosua meminta agar para imam mengangkat Tabut Perjanjian dan berjalan di depan sebagai lambang bahwa mereka bersedia mengikuti Allah yang memimpin mereka (3:3). Yosua mempersiapkan Bangsa Israel untuk hidup di hadirat Allah sebagai bangsa yang siap berperang bersama Allah.
Allah mempersiapkan bangsa Israel untuk memercayai Yosua sebagai pemimpin pengganti Musa. Berita yang dibawa oleh para pengintai yang disampaikan kepada Yosua tidak serta merta meyakinkan seluruh bangsa Israel untuk maju berperang dan memercayai Yosua--sebagai pemimpin yang menggantikan Musa--karena mereka masih menuntut dipenuhinya syarat bahwa Yosua disertai oleh Allah (1:17). Oleh karena itu, setelah meyakinkan kedua pengintai, TUHAN berusaha meyakinkan seluruh umat Israel dengan memerintahkan Yosua dan umat Israel menyeberangi Sungai Yordan, lalu membuat peristiwa yang menyerupai peristiwa saat Musa dan umat Israel melewati Laut Teberau (Keluaran 14), dengan tujuan untuk meyakinkan bangsa Israel bahwa Allah menyertai Yosua sama seperti Allah menyertai Musa (3:7). Bila sebelumnya, bangsa Israel hanya mendengar bahwa Allah melakukan mukjizat dengan membelah laut, maka saat ini, mereka melihat sendiri bahwa Allah membelah sungai.
Selain untuk memberkati umat-Nya, tujuan Allah melakukan mukjizat adalah untuk menyatakan kuasa dan kehadiran-Nya, sehingga diharapkan bahwa umat-Nya menjadi beriman kepada Allah. Walaupun mukjizat mengungkapkan kuasa dan kehadiran Allah, bukan berarti bahwa Allah tidak hadir bila kita tidak melihat mukjizat. Allah hadir dalam hidup kita, baik ada atau tidak ada mukjizat. Adakalanya, mukjizat diperlukan agar mereka yang belum beriman menjadi beriman. Namun, orang beriman seharusnya tetap beriman, baik ada atau tidak ada mukjizat. Apakah selama ini, Anda telah menyadari kehadiran Allah dalam hidup Anda? Sebutkanlah perubahan hidup yang terjadi dalam hidup Anda setelah Anda menyadari kehadiran Allah!