Setelah masalah dosa dibereskan, Allah kembali memimpin bangsa Israel berperang. TUHAN berfirman, "Jangan takut dan jangan kecut hatimu." (8:1). Ia menguatkan mereka karena kesalahan yang berakibat fatal sering menyebabkan timbulnya keraguan untuk bertindak. Ada tiga perbedaan antara peperangan melawan penduduk kota Ai dan melawan penduduk kota Yerikho. Pertama, dalam peperangan melawan penduduk kota Yerikho, Allah memakai strategi perang supranatural yang hanya bisa dilakukan oleh Allah sendiri, yaitu menghancurkan tembok kota Yerikho hanya dengan berkeliling sambil membawa Tabut Perjanjian (6:3-5). Akan tetapi, dalam peperangan melawan kota Ai, Allah memakai strategi militer biasa yang sepenuhnya dapat dilakukan oleh manusia, yaitu dengan memancing penduduk untuk mengejar pasukan Israel dan meninggalkan kota. Saat kota ditinggalkan dalam keadaan tidak terjaga, sebagian pasukan Israel--yang sebelumnya bersembunyi--memasuki kota Ai, lalu menyerang dan menaklukkan kota itu (8:2). Kedua, dalam peperangan merebut kota Yerikho, hasil rampasan yang tidak untuk dimusnahkan harus dibawa semua ke dalam perbendaharaan rumah Tuhan (6:18-19). Akan tetapi, dalam peperangan merebut kota Ai, mereka boleh mengambil jarahan (8:2). Ketiga, setelah menaklukkan kota Yerikho, Yosua hanya bersumpah mengutuki kota itu (6:26). Akan tetapi, setelah menaklukkan kota Ai, Yosua mendirikan mezbah bagi TUHAN (8:30). Walaupun peperangan itu tidak dilakukan dengan cara yang ajaib, mereka menyadari bahwa Allah adalah Panglima Perang (bandingkan dengan 5:14) yang membuat mereka memenangkan peperangan. Yosua membacakan kembali hukum Taurat (8:34) karena Ia tidak ingin bangsanya mengulang kesalahan yang dilakukan Akhan.
Peristiwa Allah mengungkapkan dosa Akhan (7:14-18) membuat bangsa Israel lebih menyadari kehadiran dan penyertaan Allah, serta belajar mengandalkan Allah saat berperang. Buktinya, setelah memenangkan perang, mereka datang kepada Allah (8:30-35). Saat kita mulai mengenal Kristus, mungkin Allah menjawab doa kita secara ajaib agar iman kita terus bertumbuh. Akan tetapi, setelah kita makin dewasa secara rohani, mungkin adakalanya Ia seperti tidak menjawab doa kita, padahal sebetulnya Allah tetap berperang bersama kita. Bila kita melakukan dosa atau kesalahan, Allah itu setia dan adil. Oleh karena itu, jika kita mengaku dosa, Ia akan mengampuni dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan (1 Yohanes 1:9). Apakah Anda telah membiasakan diri untuk segera bertobat dan mengaku dosa saat Anda sadar bahwa Anda telah berbuat dosa? Apakah Anda selalu bersandar kepada Allah saat menghadapi peperangan secara rohani?