Walaupun perintah Allah tidak mudah untuk ditaati, perintah Allah harus ditaati sepenuhnya. Kita harus meyakini bahwa Allah Roh Kudus sanggup memampukan kita untuk menaati perintah-Nya. Dalam pasal ini, Samuel menyampaikan perintah TUHAN kepada Saul agar ia membinasakan orang-orang Amalek atas apa yang telah mereka lakukan terhadap bangsa Israel di masa lampau (lihat Keluaran 17:8-14; Ulangan 25:17-19). TUHAN mengharapkan agar Saul secara totalitas menaati-Nya dengan sepenuh hati. Sayangnya, Saul hanya melakukan sebagian saja dari apa yang TUHAN perintahkan kepadanya. Saul menawan—tidak membunuh—raja Agag, dan rakyat Israel menjarah—tidak menumpas—kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik. Saul menaati firman Tuhan dengan setengah hati. Ketaatan setengah hati adalah ketidaktaatan. Saul terlihat berhasil mengalahkan orang Amalek di mata rakyatnya, tetapi ia telah gagal di mata TUHAN.
Saat Samuel menegur ketidaktaatannya, Saul membela diri dengan melakukan tiga kebohongan: Pertama, ia merasa telah menjalankan perintah TUHAN (1 Samuel 15:13). Kedua, Saul tidak merasa bersalah karena ia telah menumpas orang Amalek kecuali raja Agag (15:20); Ketiga, Saul menyalahkan orang Israel yang mengambil ternak terbaik untuk mempersembahkan kurban kepada TUHAN Allah di Gilgal (15:21). Mengapa Saul tidak taat? Saul memilih untuk menyenangkan hati rakyatnya dengan mengizinkan mereka mengambil kambing domba dan lembu orang Amalek. Saul menyombongkan diri di hadapan bangsa Israel dengan membiarkan Agag tetap hidup sebagai tawanan perang. Ketidaktaatan Saul menyebabkan Tuhan menolaknya sebagai raja (15:23). Samuel berkata, "Manakah yang lebih disukai TUHAN, ketaatan atau kurban persembahan? Taat kepada TUHAN lebih baik daripada mempersembahkan kurban. Patuh lebih baik daripada lemak domba." (15:22, BIMK). Oleh karena itu, saat kita berdosa terhadap Allah, jangan pernah mencoba membela diri untuk membenarkan dosa kita. Yesus Kristus merendahkan diri-Nya dan menaati Bapa-Nya, maka Ia ditinggikan oleh Allah Bapa (Filipi 2:9-10).
Meski TUHAN menyesal memilih Saul menjadi raja, penyesalan itu harus kita lihat dari sudut pandang tanggung jawab Saul kepada Allah. Pemilihan Allah atas Saul tidak menghilangkan tanggung jawab Saul sebagai seorang raja. Doa Samuel pun juga tidak menggerakkan hati Tuhan untuk memberi kesempatan kepada Saul untuk bertobat (15:11; 16:1). Apakah Anda telah berusaha sepenuh hati untuk menaati perintah Tuhan? Apakah Anda lebih senang terlihat berhasil di mata manusia atau berhasil di mata Allah?