Bangsa yang merdeka adalah bangsa yang memiliki kedaulatan atas dirinya sendiri. Artinya, ia berhak menentukan arah kebijakan dan pembangunannya. Akan tetapi, setiap bangsa selalu berhubungan dengan bangsa-bangsa lain. Perlu diingat bahwa kemerdekaan tidak lantas membuat suatu bangsa bebas bertindak semaunya tanpa memperhatikan kelangsungan hidup bangsa-bangsa lain. Setiap bangsa harus ikut bertanggung jawab menciptakan perdamaian dunia.
Kebebasan suatu bangsa memiliki kemiripan dengan kebebasan orang percaya. Kebebasan tidak dapat dilepaskan dari tanggung jawab. Dalam bacaan Alkitab hari ini, Rasul Paulus menjelaskan bahwa orang percaya—yang sudah dibebaskan dari dosa oleh Kristus—memiliki dua tanggung jawab:
Pertama, orang percaya bertanggung jawab kepada Tuhan. Bebas berarti bahwa tindakan orang percaya tidak diikat oleh berbagai peraturan. Sunat tidak boleh menjadi syarat keselamatan karena Kristus saja sudah cukup. Kewajiban bersunat merupakan kuk perhambaan (5:1), Bila sunat diwajibkan, Kristus sama sekali tidak berguna (5:2), dan seluruh hukum Taurat wajib dilakukan (5:3). Lebih dari itu, kewajiban sunat berarti lepas dari Kristus dan hidup di luar anugerah (5:4). Bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai arti. Hanya iman kepada Kristus saja yang berarti (5:5, 6). Iman yang menyelamatkan terbukti melalui ketaatan. Kebebasan orang percaya tidak boleh dipakai sebagai kesempatan untuk hidup dalam dosa (5:13). Orang percaya harus menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. Inilah tanggung jawab orang percaya kepada Tuhan!
Kedua, orang percaya bertanggung jawab kepada sesama. Kebebasan di dalam Kristus berkaitan dengan tanggung jawab kepada sesama. Perubahan hidup—dari segi perilaku, perkataan, prinsip hidup, karakter, orientasi hidup, dan sebagainya—adalah bukti yang kelihatan sejak seseorang berada di dalam Kristus. Orang-orang percaya harus hidup saling melayani dengan kasih (5:13-14), menghindari "saling menggigit dan saling menelan", apalagi "saling membinasakan" (5:15). Hidup dalam kasih adalah wujud kebebasan yang sesungguhnya.
Prinsip kebebasan di dalam Kristus harus terus-menerus menjadi landasan kita dalam menjalani kehidupan saat ini. Di tengah dunia yang semakin egois dan apatis, orang Kristen bebas untuk tetap memilih mengasihi Tuhan dan sesama. Sebagai orang percaya, di tengah kobaran kebencian, iri hati, kesombongan, berita hoaks, dan berbagai hal buruk lainnya, apakah Anda sudah menunjukkan jadi diri sebagai orang yang bebas serta hidup dalam kasih dan pengampunan?