Tanggal 9 November 1989 adalah hari bersejarah bagi bangsa Jerman. Pada hari itu, Tembok Berlin—pemisah Jerman Barat dan Jerman Timur selama sekitar 28 tahun—dirobohkan. Robohnya tembok itu menjadi langkah pertama bagi perdamaian antara dua negara yang dipisahkan oleh pandangan politik yang berbeda. Sekitar setahun kemudian, kedua negara itu resmi bersatu dan membentuk negara kesatuan dengan nama Jerman. Kisah di atas mengingatkan kita akan pesan bacaan hari ini, yakni karya Kristus yang menghancurkan tembok perseteruan yang memisahkan kelompok orang "jauh" dengan kelompok orang "dekat."
Teks menggambarkan bahwa baik kelompok orang "jauh" maupun orang "dekat" memiliki masalah yang sama, yakni tidak ada jaminan keselamatan jiwa. Kelompok orang "jauh" adalah orang-orang bukan Yahudi yang hidup tanpa Allah dan tanpa pengharapan (2:11-13). Akhir mereka adalah kebinasaan yang kekal. Kelompok orang "dekat" adalah bangsa Yahudi. Mereka juga tidak memiliki jaminan keselamatan, meskipun mereka berusaha hidup taat kepada perintah dan peraturan hukum Taurat (2:15). Kematian Kristus menyelesaikan masalah kedua kelompok tersebut. Karya Kristus di kayu salib membuat mereka yang "jauh" dan "dekat" menjadi ciptaan baru. Mereka kini memiliki damai sejahtera, yakni keselamatan dari Allah (2:16-17). Lebih jauh lagi, karya Kristus mempersatukan kedua kelompok itu menjadi satu identitas baru yang digambarkan sebagai satu tubuh (2:16), satu keluarga (2:18-19), dan satu bangunan (2:20-22).
Pengajaran di atas membawa dua implikasi. Implikasi pertama bersifat pribadi. Dahulu, masing-masing kita termasuk kelompok orang "jauh" yang hidup tanpa Allah dan tanpa pengharapan. Kini, kita adalah ciptaan baru di dalam Kristus yang memiliki pengharapan hidup yang kekal melalui karya penebusan Kristus di kayu salib. Status ciptaan baru ini harus dibuktikan dengan pertumbuhan kerohanian. Bagaimana dengan hidup Anda: Apakah Anda secara konsisten menunjukkan pertumbuhan dalam kebenaran, kesalehan, dan pelayanan? Implikasi kedua bersifat komunal. Sebagai ciptaan baru, kita dipersatukan dalam satu komunitas bersama sesama orang percaya dalam satu tubuh, satu keluarga, dan satu bangunan. Sebagai bagian dari komunitas, setiap kita bertanggung jawab untuk terlibat dalam kegiatan bersama, termasuk beribadah bersama, melayani bersama, dan bersikap saling membutuhkan dan dibutuhkan. Bagaimana dengan Anda: Apakah Anda memedulikan kehidupan komunitas Anda, misalnya dengan bersedia terlibat dalam pelayanan, melayani sesama orang percaya dan hadir secara onsite dalam ibadah?