Peristiwa di Gunung Karmel adalah ujian terbesar bagi kesetiaan bangsa Israel kepada TUHAN, Allah yang sejati. Elia menantang bangsa Israel dengan pertanyaan tajam, "Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dengan mendua hati? Kalau TUHAN itu Allah, ikuti Dia, kalau Ba’al, ikuti dia." (18:21). Tidak ada seorang pun yang berani menjawab karena pertanyaan itu mencerminkan masalah utama umat Israel yang bimbang antara menyembah Allah atau Baal. Kebimbangan ini menggambarkan kondisi hati manusia yang sering bercabang antara percaya penuh kepada Tuhan atau mengikuti berhala—termasuk berhala modern dalam bentuk apa pun—yang menarik perhatian.
Dalam bacaan Alkitab hari ini, Elia menunjukkan aksi heroik di Gunung Karmel dengan menantang 450 nabi Baal. Ia ingin membuktikan dan menegaskan keunggulan TUHAN, Allah Israel, di atas semua dewa palsu yang disembah manusia. Elia memanfaatkan situasi itu untuk menyindir para penyembah berhala, serta menunjukkan betapa sia-sianya menyembah berhala yang tak bisa mendengar, melihat, peduli, apa lagi bertindak. Setelah para nabi Baal gagal memanggil dewa mereka, giliran Elia yang bertindak. Elia melakukan sesuatu yang tidak biasa—ia berani bertindak di luar nalar—yaitu menuangkan air ke atas mezbah hingga memenuhi parit di sekitarnya. Kemudian, Elia berdoa, "Jawablah aku, ya TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui bahwa Engkaulah Allah, ya TUHAN, dan Engkaulah yang membuat hati mereka berbalik kepada-Mu." (18:37). Saat itu juga, api dari langit turun dan membakar habis persembahan Elia, termasuk kayu, batu, bahkan air di dalam parit tersebut (18:38). Peristiwa itu merupakan demonstrasi luar biasa dari kuasa dan otoritas TUHAN. Peristiwa ini menjadi titik balik bagi umat Israel, yang akhirnya sadar bahwa Tuhan yang selama ini mereka abaikan adalah satu-satunya Allah yang sejati. Dengan penuh keyakinan, mereka sujud dan berseru, "TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah!" (18:39).
Renungan hari ini mengingatkan kita bahwa krisis yang terjadi pada masa Ahab bukan akibat dari tindakan Elia, tetapi disebabkan oleh dosa penyembahan berhala yang dilakukan oleh Ahab dan Izebel. Sikap Ahab yang menyalahkan Elia menunjukkan bahwa ia adalah pemimpin yang tidak bertanggung jawab atas kesalahannya sendiri. Dia mencari kambing hitam dan tidak mau mengakui dosa-dosanya. Apakah Anda telah terbiasa memeriksa diri sendiri dan tidak menyalahkan orang lain atas masalah yang disebabkan oleh kesalahan Anda sendiri? Bertekadlah untuk berani tampil beda dengan bertobat dan mengaku dosa serta tidak menyalahkan pihak lain saat Anda menyimpang dari jalan Tuhan!