Takut Kehilangan Kesempatan (FOMO)
Sabtu, 1 Februari 2025
Bacaan Alkitab hari ini:
1 Raja-raja 22:41-53
Dalam psikologi sosial, terdapat sebuah teori yang disebut sebagai teori ketidakselarasan kognitif (cognitive dissonance), yaitu teori yang membahas kondisi seseorang yang merasa tidak nyaman secara emosional karena memegang dua keyakinan atau dua pandangan yang saling bertentangan. Kondisi seperti itu cocok dengan pergulatan batin yang dialami Yosafat. Di satu sisi, ia ingin tetap setia kepada Tuhan. Di sisi lain, ia mendambakan penerimaan dan rasa aman dari orang-orang di sekitarnya. Kondisi seperti ini menciptakan dilema—atau pilihan yang sulit—dalam dirinya.
Meskipun Yosafat mengikuti jejak Asa—ayahnya—dalam hal melakukan apa yang benar di mata TUHAN, ia gagal menghapus tempat-tempat penyembahan berhala (22:44). Hal ini mengingatkan kita bahwa kesetiaan yang setengah hati kepada Allah merupakan hambatan terbesar bagi perkembangan iman orang percaya. Yosafat setia dalam banyak hal, tetapi ketidaktegasan dalam aspek tertentu menghasilkan kemunduran rohani. Satu hal penting yang sering terlewatkan dalam perenungan kita adalah Yosafat takut kehilangan kesempatan (FOMO—Fear of Missing Out) untuk mempertahankan posisi sebagai raja dan takut kehilangan dukungan yang diperlukan untuk mempertahankan keamanan kerajaannya, sehingga ia membangun aliansi dengan Ahab. Inilah cermin kekurangan iman Yosafat pada TUHAN yang sanggup melindungi bangsa-Nya. Keputusan Yosafat untuk menjalin aliansi dengan Ahab disebabkan oleh: Pertama, kebutuhan untuk diterima. Manusia cenderung ingin diterima dan menghindari penolakan. Meskipun Yosafat tahu apa yang benar, rasa takut akan penolakan sosial membuat dia memilih untuk bersekutu dengan orang yang salah. Kedua, ketakutan terhadap ketidakpastian dan kebutuhan akan rasa aman. Ketakutan sering menjadi alasan mengapa seseorang berkompromi dengan prinsip-prinsipnya. Rasa takut sering kali membuat seseorang cenderung memilih tindakan yang dapat menghindari risiko, meskipun pilihan itu bertentangan dengan imannya. Ketiga, konflik internal dalam diri Yosafat. Meskipun sadar bahwa aliansi dengan Ahab adalah keputusan yang salah, Yosafat tetap melakukannya. Untuk mengatasi ketidaknyamanan ini, ia mencoba merasionalisasi untuk membenarkan keputusannya.
Apakah Anda berani membuat keputusan berdasarkan kebenaran firman TUHAN, bukan berdasarkan tekanan sosial, ketakutan (FOMO), atau keinginan untuk diterima? Biarkan Kristus yang menuntun setiap langkah kita, meskipun hal itu berarti bahwa kita harus melawan arus dunia yang terus menggoda kita dengan jalan kompromi!