Kematian raja yang kuat selalu memicu pemberontakan raja-raja di wilayah jajahan. Tak mengherankan bila raja Moab memberontak setelah Raja Ahab mati (3:4-5). Raja Yoram, sebagai raja baru Israel, segera bertindak. Ia bukan penyembah Ba’al seperti ayah dan ibunya, tetapi ia penyembah berhala yang lain. Sebagai penyembah lembu emas di Betel serta Dan (3:2-3; bandingkan dengan 1 Raja-raja 12:25-33), tidak aneh jika Raja Yoram tidak meminta petunjuk TUHAN, Allah Israel. Ketika Mesa—raja Moab—memberontak, Yoram memilih untuk bergantung pada sekutunya, yaitu raja Yehuda dan raja Edom. Bahkan, setelah pasukannya terancam mati kehausan di padang gurun Edom, ia tidak segera mencari pertolongan TUHAN, tetapi ia menyalahkan TUHAN (2 Raja-raja 3:4-10).
Sikap Yosafat raja Yehuda dalam peperangan ini lebih baik. Ia mencari TUHAN melalui Nabi Elisa. Namun, keputusannya untuk ikut berperang dan bersekutu dengan raja Edom tidak tepat. Sikap Nabi Elisa—dalam peperangan yang dijalani oleh raja Yoram—layak diteladani. Walaupun sudah dikenal dan disegani sebagai pengganti Nabi Elia (3:11-12), Nabi Elisa tidak menjadi sombong, melainkan tetap sadar bahwa dirinya adalah pelayan TUHAN, sehingga ia tetap minta petunjuk TUHAN (3:15). Ia tetap bersedia membantu Yoram meskipun ia tidak menyukai raja Israel itu (3:13-14). Pelayanan nabi Elisa membuat para raja menyaksikan sendiri campur tangan TUHAN yang menolong mereka memenangkan perang dengan cara yang ajaib (3:22-25). Akhirnya, perang itu membuat nama TUHAN dimuliakan. Raja Yoram—yang sejak awal menolak meminta pertolongan TUHAN—akhirnya harus mengakui bahwa TUHAN, Allah Israel itu, benar-benar berkuasa memberi kemenangan kepadanya (3:16-25). Raja Moab, yang mengalami betapa beratnya peperangan ini, sampai-sampai mempersembahkan putra mahkotanya sebagai kurban bakaran bagi dewanya. Akan tetapi, akhirnya ia harus mengakui bahwa TUHAN—Allah Israel itu—lebih berkuasa daripada para ilah bangsa Moab (3:26-27).
Peperangan atau perjuangan apa yang sedang Anda hadapi? Berdasarkan perenungan terhadap pasal ini, sadarilah bahwa menang atau kalah serta berhasil atau gagal bukan hal terpenting. Yang lebih penting adalah memilih perang yang tepat dan berjuang dengan cara yang benar! Evaluasilah sikap Anda: Apakah Anda bersikap seperti Yoram (yang tidak melibatkan Tuhan dan mengandalkan kekuatan sendiri) atau seperti Yosafat (yang melibatkan Tuhan, tetapi bersekutu dengan orang tidak seiman) atau seperti Elisa (yang tidak menjadi sombong, selalu mengandalkan Tuhan, dan memuliakan TUHAN)?