Jumat, 13 Februari 2015
Bacaan Alkitab hari ini: Kidung Agung 5:2-6:13
Mempelai wanita terbangun dari tidur, dan tidak ditemuinya sang pria di dekatnya. Rindu yang mendalam digambarkan melalui kalimat-kalimat puitis yang imajinatif (5:2-8). Namun, bukankah hasrat ingin selalu bersama (5:6), penilaian serba baik kepada yang dicintai (5:9), dan penampilan fisik dipandang prima tiada duanya (5:10-15, 6:4-7) menggambarkan sepasang manusia yang dipenuhi cinta romantika? Selain itu, ciri lain dari cinta romantika adalah perkataan (dan perbuatan) yang baik serta manis (5:16).
Kitab Kidung Agung memberi porsi yang besar bagi kedua mempelai untuk mengungkapkan cinta romantika mereka. Ini tidak salah! Cinta romantika penting pada tahap awal hubungan sepasang manusia. Sebuah teori mengatakan, usia 0-2 tahun pertama pernikahan biasanya masih dipenuhi cinta romantika dengan ciri seperti tergambar di Kidung Agung. Pada tahap ini, secara naluriah, baik pria maupun wanita akan mengendalikan diri, sehingga tindakan selalu menyenangkan dan tutur kata hampir selalu sedap didengar. Tahap cinta romantika ini penting sebab menjadi fondasi bagi indahnya relasi di fase selanjutnya. Bayangkan bahwa kehadiran anak akan membuat hidup menjadi lebih kompleks, sehingga romantika suami dan isteri menjadi lebih sulit dipupuk. Namun, romantika belaka tidaklah cukup. Cinta romantika harus diperhadapkan dengan realita saat apa yang diungkapkan oleh pasangan sudah tidak semata-mata manis. Cinta romantika perlu “direnggangkan” agar mencakup berbagai kekurangan, ketidakpuasan, dan kekecewaan. Anugerah dari Tuhan, kemauan diri sendiri untuk berubah, kesediaan memahami dan menerima keunikan serta memaafkan pasangan merupakan faktor penting yang menentukan kesuksesan pernikahan. [ECW]
Efesus 5:33
“Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.”