Minggu, 15 Februari 2015
Bacaan Alkitab hari ini: Kidung Agung 8:5-13
Ketika seseorang jatuh cinta kepada lawan jenis, perasaan itu umumnya hampir-hampir tidak bisa dihentikan atau ditolak sama sekali. Kidung Agung menggambarkannya seperti maut (8:6) yang tidak mungkin dielakkan oleh setiap orang. Cinta dapat sangat menghangatkan hati, bagaikan api yang kuat dan tidak dapat dipadamkan oleh air (8:7). Akan tetapi, cinta semua pasangan pasti berbenturan dengan berbagai rintangan, entah dari dalam maupun dari luar diri sendiri. Masalah yang hadir silih berganti berpotensi mengganjal perjalanan cinta. Kala cinta mereka memudar, perasaan tidak berdaya membuat mereka tidak berusaha lagi untuk mempertahankan pernikahan mereka. Oleh karena itu, sebetulnya diperlukan komitmen dari kedua pribadi dalam pernikahan.
Seluruh pasangan Kristen hendaknya memahami pernikahan sebagai sebuah perjanjian di hadapan Tuhan dan manusia (Maleakhi 2:14). Perjanjian itu dikonkritkan dengan membacakan janji pernikahan. Janji nikah bukan sekadar formalitas tanpa makna. Janji itu juga bukan janji untuk menjadi sempurna. Akan tetapi, janji itu menyatakan komitmen untuk menjalani pernikahan sampai akhir. Dalam janji tersebut, tersirat kebulatan hati untuk mengerjakan pernikahan, termasuk berjuang mengobarkan cinta sampai maut memisahkan mereka. Oleh karena itu, kita perlu untuk: Pertama, memutuskan hidup takut akan Tuhan dan mengandalkan pertolongan-Nya, sehingga kita bisa tetap saling mencintai. Kedua, belajar menghargai dan mempercayai pasangan. Ketiga, memaafkan dan selalu mencintai pasangan nikah kita. Keempat, meningkatkan kuantitas dan kualitas waktu komunikasi serta mendengarkan pasangan. Kelima, dengan kreatif berusaha mempertahankan cinta, misalnya dengan memberikan hadiah kejutan. [ECW]
Kidung Agung 8:6
“Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu,
seperti meterai pada lenganmu, karena cinta kuat seperti maut.”