Akhir Amsal 10 membahas tentang orang benar yang menyenangkan dan tipu muslihat orang fasik (11:32). Amsal 11 melanjutkan pola kalimat perbandingan antara orang benar dengan orang fasik dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan spiritual. TUHAN menghargai kejujuran dan membenci praktik curang dalam berdagang (11:1-4). TUHAN memberkati jalan orang benar yang lurus, dan menjatuhkan harapan orang fasik seiring dengan kejahatan mereka (11:5-8). Kepemimpinan orang benar menghasilkan keamanan dan kedamaian, tetapi kepemimpinan orang munafik merusak dan menghancurkan kota melalui perkataan fitnah dan kecerobohan memberi piutang tanpa jaminan (11:9-15). Pemimpin yang serakah suka menahan pembagian keuntungan—yang merugikan rekan—serta melakukan kejahatan yang menimbulkan bencana (11:16-31). Pemimpin yang diberkati TUHAN adalah pemimpin yang murah hati—dermawan, adil, dan menghormati komunitas yang lemah (contoh: kaum wanita, pekerja upah harian, dan sebagainya).
Kualitas kebijaksanaan dan kerohanian seorang pemimpin bukan hanya menyangkut aspek ibadah, tetapi juga menyangkut aspek sosial dan ekonomi. Jelas bahwa TUHAN memandang jijik orang yang berbuat curang dalam berdagang. Mereka yang mengumpulkan harta secara tidak jujur, dikendalikan oleh hawa nafsu, dan mengeruk keuntungan dari sesama secara kejam, pasti menerima murka TUHAN dan mendapat maut bagi diri mereka sendiri (11:1-11). Pemimpin yang berhikmat dan takut akan TUHAN akan bersikap jujur dan murah hati. Kejujuran dan kebijaksanaannya dikonfirmasi melalui perkataannya. Sikap yang tulus dan perbuatan yang dermawan serta penuh belas kasihan terhadap sesama adalah wujud nyata rasa takut dan hormat kepada TUHAN (11:12-29). TUHAN-lah yang memegang kendali atas kehidupan manusia. Ia adil bagi orang yang takut akan Dia dan yang mengikuti jalan-Nya. Keadilan-Nya nyata bagi orang fasik dan berdosa (11:30-31).
TUHAN memimpin umat-Nya dengan adil dan murah hati. Dia memberi kesempatan kepada Anda untuk memilih apakah Anda menjadi pribadi yang berhikmat atau menjadi orang yang bodoh? Renungkanlah: Kapan terakhir kali Anda mengalami kemurahan hati Tuhan? Saat menjadi pemimpin, apakah Anda memimpin dengan adil dan bertindak secara murah hati? Marilah kita membangun kepemimpinan yang berkenan kepada TUHAN dengan: (1) Belajar menghormati TUHAN dan menghargai sesama; (2) Bersikap jujur dan adil kepada diri sendiri dan kepada orang lain; (3) Belajar memberi—berbagi berkat TUHAN—kepada orang yang kita temui sehari-hari.