Masalah budaya—baik dari pihak pemberita maupun pihak penerima berita—sering kali menjadi penghambat bagi pemberitaan Injil. Bagi orang Yahudi, perasaan superior saat memandang bangsa-bangsa non-Yahudi membuat mereka sulit bahwa Sang Mesias itu bukan hanya datang untuk kepentingan orang Yahudi, tetapi juga untuk kepentingan orang non-Yahudi. Sebagai orang Yahudi, Rasul Petrus pun sukar melepaskan perasaan superior yang telah mendarah daging. Oleh karena itu, Allah memberikan penglihatan berupa sesuatu seperti kain lebar yang bergantung pada keempat sudutnya—dan berisi segala jenis binatang berkaki empat, binatang melata, dan burung—yang diturunkan dari langit ke tanah. Ketika diminta menyembelih dan memakan binatang-binatang itu, Rasul Petrus menolak karena ia selalu menghindari memakan binatang yang haram dan najis. Akan tetapi, Allah berkata, "Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram." Hal itu terjadi sampai tiga kali, lalu benda seperti kain lebar dengan isinya itu terangkat ke langit. Penglihatan tentang penghapusan masalah haram-halal itu dimaksudkan agar Rasul Petrus memahami bahwa pemisahan antara bangsa Yahudi dan non-Yahudi itu harus dihapuskan. Rasul Petrus harus menanggalkan perasaan superioritas bangsa Yahudi, dan dia harus bersedia melayani bangsa non-Yahudi.
Kisah yang menyerupai isi penglihatan Rasul Petrus ini memiliki kemiripan dengan kisah Nabi Yunus yang menolak untuk menyampaikan berita penghukuman Allah kepada bangsa Niniwe. Sangat sulit bagi Nabi Yunus untuk menerima kenyataan bahwa Allah juga mengasihi bangsa Niniwe. Nabi Yunus menginginkan agar Allah menghukum bangsa Niniwe, bukan memberikan pengampunan. Nabi Yunus tidak bisa menerima kenyataan bahwa sebagai Sang Pencipta, Allah juga mengasihi bangsa Niniwe yang Ia ciptakan. Rasul Petrus sulit menerima kenyataan bahwa Allah mengasihi orang-orang non-Yahudi yang berkumpul di rumah seorang perwira Romawi bernama Kornelius. Untuk menegaskan keputusan-Nya memberikan anugerah bagi bangsa non-Yahudi yang berkumpul di rumah Kornelius, Allah memberikan tanda berupa karunia Roh Kudus yang membuat orang-orang non-Yahudi bisa berbahasa lidah. Perlu diingat bahwa karunia berbahasa lidah bukan diberikan untuk kepentingan orang-orang non-Yahudi, tetapi untuk kepentingan Rasul Petrus dan orang-orang Yahudi yang menyertainya (bandingkan dengan 1 Korintus 14:22). Apakah Anda meyakini bahwa Allah tidak membeda-bedakan orang berdasarkan suku bangsa?"Apakah gereja tempat Anda beribadah telah memperlihatkan penerimaan terhadap suku yang berbeda dengan suku mayoritas di gereja Anda?