Minggu, 9 Agustus 2015
Bacaan Alkitab hari ini: Yehezkiel 47:13-48:35
Saat Allah memanggil Abraham untuk meninggalkan tempat asalnya dan pergi ke Tanah Perjanjian, Allah telah merencanakan bahwa Abraham akan menjadi berkat bagi semua kaum (keluarga) di muka bumi (Kejadian 12:1-3). Keinginan Allah agar bangsa Israel menjadi berkat bagi semua bangsa itu tercermin dalam ketentuan Allah yang menghendaki agar orang asing yang tinggal di tengah bangsa Israel dianggap sebagai bagian dari bangsa Israel (Yehezkiel 47:22-23). Akan tetapi, bila kita melihat sejarah bangsa Israel, jelas bahwa bangsa Israel menganggap diri mereka sebagai lebih tinggi daripada bangsa-bangsa lain. Janji menjadi berkat bagi semua kaum di muka bumi itu baru terwujud dalam diri Tuhan Yesus yang mengorbankan diri-Nya sendiri dengan mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia.
Dalam sejarah Israel, kesulitan untuk menjadi berkat bagi semua bangsa ini tercermin dalam penolakan yang dilakukan oleh Nabi Yunus untuk menyampaikan berita tentang penghukuman Tuhan terhadap bangsa Niniwe (Yunus 1). Nabi Yunus mengetahui bahwa bangsa Niniwe adalah bangsa yang jahat dan yang bisa menjadi sumber ancaman bagi bangsa Israel, sehingga ia beranggapan bahwa seharusnya Allah jangan mengampuni bangsa tersebut. Bila dalam nubuatan Nabi Yehezkiel ini digambarkan bahwa bangsa asing diterima dan tidak dianggap rendah oleh bangsa Israel, maka jelas bahwa nubuatan itu menunjuk ke masa depan yang masih belum terwujud sampai sekarang. Bagi umat TUHAN pada masa kini, kondisinya juga tidak jauh berbeda. Pada umumnya, setiap orang menganggap sukunya sebagai yang terbaik. Kunci untuk bisa menghargai suku lain adalah bila kita selalu menyadari kehadiran TUHAN di antara kita (bandingkan dengan Yehezkiel 48:35). [P]
Matius 5:16
”Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”