Memahami Konsep Akhir Zaman dalam Kitab Daniel
Kitab Daniel terbagi menjadi dua bagian yang sama panjang. Bagian pertama (pasal 1-6) berisi sejarah tentang Daniel dan teman-temannya, yaitu: Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang berhasil menjadi pegawai istana serta tantangan iman yang mereka hadapi di Babel. Bagian kedua (pasal 7-12) mengisahkan sejumlah penglihatan Daniel yang menunjukkan bahwa Allah berkuasa atas peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sejarah manusia. Penglihatan-penglihatan itu adalah nubuat tentang masa depan yang bertujuan memberi pengharapan bagi umat Allah dalam masa penganiayaan yang mereka hadapi. Allah yang diimani orang Israel adalah Allah yang hidup, Pengendali sejarah dan Pemelihara alam semesta.
Ada nubuat yang penggenapannya bersifat segera terjadi. Misalnya, Babel akan dikalahkan oleh Koresh, Raja Persia pada tahun 539 BC (6:29; 7:3-7). Ada nubuat yang penggenapannya lama sesudah disampaikan. Misalnya, berkuasanya raja Antiokhus IV Epifanes yang dilambangkan oleh tanduk kecil (8:9-12). Dia adalah raja dari kaum Seleukus yang memerintah Palestina tahun 175-164 BC, yang membuat umat Allah amat menderita. Ada pula nubuat yang baru akan digenapi pada akhir zaman, misalnya hidup kekal dan kebangkitan orang mati (pasal 12).
Pokok bahasan tentang akhir zaman terdapat dalam Daniel 12 yang meliputi kebangkitan orang mati dan hidup kekal. Ide tentang hidup kekal tidak banyak dibahas dalam Perjanjian Lama. Dalam kitab Daniel pun ide ini tidak dibahas secara terang benderang seperti dalam Perjanjian Baru. Dalam kitab ini, dijelaskan bahwa “banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah akan bangun” (12:2). Kata “banyak” dalam bahasa Ibrani juga mempunyai arti “semua”, “keseluruhan” atau, “jumlah yang besar”. Jadi, orang-orang mati, semuanya, tak terkecuali baik orang beriman maupun orang jahat akan dibangkitkan dari dalam debu tanah. Sebagian untuk menerima hidup kekal dan sebagian menerima kematian kekal. Kebangkitan tersebut terjadi satu kali saja, tetapi akan terjadi pemisahan dalam satu peristiwa kebangkitan itu. Setelah semua orang dibangkitkan, terjadilah penghakiman dengan dua nasib yang berbeda di antara mereka (Matius 25:31-46; Yohanes 5:28-29). Satu kelompok menerima hidup kekal dan kelompok lain menerima kematian kekal.
Ungkapan “hidup kekal” di sini (12:2) merupakan pemakaian pertama dalam Perjanjian Lama. Namun demikian, bukan berarti bahwa konsep tentang hidup kekal tidak ada dalam kitab-kitab Perjanjian Lama lainnya. Dalam ayat-ayat seperti Ayub 19:25-27; Mazmur 16:10-11; 49:16; 73:24-
26; Yesaya 26:19; Hosea 13:14 terdapat konsep orang benar dibangkitkan dari kematian untuk menerima hidup kekal di hadapan Allah. Tuhan mengaruniakan hidup kekal kepada Daniel (12:13). Manusia mempunyai kesadaran bahwa ia diciptakan untuk memiliki hidup kekal, meskipun ia dipisahkan dari sumber hidup itu oleh dosa (Kejadian 3:22). Hidup kekal ini dikaruniakan Tuhan kepada mereka yang takut akan Dia dan setia kepada-Nya. Tetapi, kelompok orang fasik akan mengalami kematian kekal, terpisah dari Allah untuk selama-lamanya.
Apa pesan kitab Daniel tentang doktrin akhir zaman? Pertama, Sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Daniel bahwa umat Allah akan dibangkitkan dari kematian dan menerima hidup kekal, hal ini dikupas secara lebih terang dalam Perjanjian Baru. Yesus Kristus telah bangkit dari kematian (Filipi 3:10) sebagai buah sulung kebangkitan (Kolose 1:18), diikuti oleh orang beriman di dalam Yesus Kristus yang juga akan dibangkitkan dari kematian menjadi keluarga baru Allah (1 Korintus 15:20-24). Tuhan Yesus berjanji bahwa mereka akan tetap hidup bersama-Nya (Yohanes 14:19-20; Efesus 2:5-6) dan mereka akan berkenan bagi Allah. Di dalam Tuhan Yesus ada jaminan bahwa dosa dan kematian dapat diatasi sepenuhnya oleh Yesus Kristus sendiri, bahkan mereka diubah oleh Allah dan diberikan hidup baru (2 Korintus 3:18; Filipi 3:21). Ketika Kristus datang kembali untuk kedua kali, Dia bersama dengan umat-Nya akan memerintah ciptaan baru (Wahyu 20:4).
Kedua, kehidupan kekal yang dibicarakan Daniel juga dibahas dalam Perjanjian baru secara lebih terang. Tuhan Yesus menyebut diri-Nya, “Akulah kebangkitan dan hidup” (Yohanes 11:25-26), dan menjanjikan hidup kekal bagi semua yang percaya kepada-Nya (Yohanes 3:16). Dalam kehidupan kekal, hidup kita sama seperti malaikat di sorga yang tidak kawin dan tidak dikawinkan, tetapi menjadi saudara seiman di dalam Kristus dalam persekutuan kekal (Markus 12:18-27). Orang percaya mengambil bagian dalam Kerajaan Allah kelak, yaitu dijamu dalam Kerajaan Allah. Hidup kekal digambarkan Tuhan Yesus seperti sebuah pesta perjamuan, sebab perjamuan merupakan pesta yang penuh sukacita (Matius 22:9; Lukas 14:15). Di Yerusalem baru, umat Allah mengalami kehidupan baru dan persekutuan yang erat bersama dengan Tuhan dan umat Tuhan lainnya.
Melalui doktrin tentang akhir zaman, kita semakin diyakinkan bahwa iman dan pengharapan kita di dalam Tuhan Yesus tidak sia-sia. Ada jaminan dan kepastian bahwa ketekunan kita di dalam Kristus berakhir dengan penuh sukacita. Kita mendapat anugerah terbesar menjadi anak-anak-Nya, baik di dunia ini maupun di dunia yang akan datang. [Souw]
Senin, 10 Agustus 2015
Bacaan Alkitab hari ini: Daniel 1
Kovenan adalah ikatan perjanjian antara Allah dengan umat-Nya. Allah akan menjadi Tuhan atas Yehuda dan Yehuda akan menjadi umat kesayangan-Nya. Yehuda harus menyatakan bakti mereka hanya kepada Allah saja. Sebagai umat kesayangan-Nya, Yehuda harus memelihara ikatan perjanjian itu, sekalipun mereka berada di Tanah Pembuangan.
Mereka menjalani ujian iman di tanah Babel. Nebukadnezar, raja Babel, berusaha “mencuci otak” mereka dengan pola pikir Kasdim. Ia melakukan beberapa hal: Pertama, menanamkan budaya dan nilai Kasdim dengan cara mengajarkan bahasa dan tulisan Kasdim untuk mempercepat penyesuaian diri dengan budaya setempat (1:4). Kedua, ia mengubah nama Yahudi dengan nama Kasdim. Daniel, Hananya, Misael dan Azarya diubah menjadi Beltsazar, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego (1:6-7); Ketiga, ia mengubah gaya hidup para tawanan dengan memberikan makanan dan minuman raja (1:5). Daniel dan teman-temannya tak mau berkompromi sedikit pun pada sesuatu yang melanggar kovenan Allah. Daniel meminta kepada pemimpin pegawai istana agar mereka tak usah menajiskan diri dengan santapan dan minuman raja (1:8). Tuhan memberkati mereka sebab mereka memelihara kovenan Allah. Kondisi mereka sangat baik. Tuhan mengaruniakan kepada mereka hikmat yang jauh melampaui hikmat orang-orang bijaksana di Babel (1:15-17). Akhirnya, mereka dipercaya untuk bekerja dan melayani raja (1:18-20).
Dunia menawarkan jutaan cara yang mengkompromikan iman dan kesetiaan kepada Tuhan. Dibutuhkan iman yang teguh dan komitmen yang kuat untuk menolak desakan duniawi yang melanggar kovenan-Nya. Memelihara kovenan Allah berarti berkomitmen untuk setia dan menyatakan bakti hanya kepada Dia saja. Dengan demikian, kita dapat bersaksi kepada dunia bahwa kita adalah anak-anak Allah. [Souw]
Daniel 1:8
“Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya.”