Bacaan Alkitab hari ini: 2 Tawarikh 33
Hizkia adalah raja yang baik. Sayangnya, dia tidak bisa mendidik anak. Kelakuan Raja Manasye-anak Raja Hizkia-berlawanan dengan kelakuan ayahnya. Reformasi ibadah yang dilakukan Raja Hizkia (pasal 29-31) dirusak oleh Raja Manasye. Bukit-bukit pengorbanan yang dirobohkan Raja Hizkia didirikan kembali oleh Raja Manasye. Fungsi Bait Allah sebagai tempat menyembah Allah diubah menjadi tempat memuja Baal dan Asyera. Bahkan, ia mempersembahkan anak-anaknya sendiri sebagai korban bakaran (33:2-7). Manasye menyesatkan rakyat Yehuda sehingga kelakuan rakyat Yehuda menjadi lebih jahat daripada bangsa-bangsa lain. Kejahatan Raja Manasye membuat pada akhirnya hukuman Allah dijatuhkan. Para panglima tentara Asyur menangkap dan membawa Raja Manasye ke Babel sebagai tawanan perang.
Penderitaan Raja Manasye sebagai tawanan perang membuat ia bertobat. Ia merendahkan diri di hadapan Allah dan berdoa memohon pengampunan. TUHAN mengabulkan doanya sehingga ia dikembalikan ke Yerusalem dan menjadi raja lagi. Sayangnya, kerusakan yang timbul akibat dosanya sudah tidak bisa pulih kembali. Fungsi Bait Allah sebagai tempat beribadah kepada Allah bisa dikembalikan, tetapi rakyat masih mempersembahkan korban di bukit-bukit pengorbanan, padahal persembahan korban seharusnya hanya boleh dilakukan di Bait Allah. Anaknya-yaitu Raja Amon yang menggantikan dia-tidak mengikuti sikap ayahnya yang bersedia merendahkan diri dan bertobat, melainkan meniru dosa yang dilakukan ayahnya. Kisah yang amat menyedihkan ini merupakan suatu peringatan bagi bangsa Yehuda yang sedang berada di pembuangan bahwa kehidupan yang berdosa seringkali membawa kerusakan yang sulit untuk diperbaiki. [P]
2 Tawarikh 33:23
"Tetapi ia tidak merendahkan diri di hadapan TUHAN
seperti Manasye, ayahnya, merendahkan diri,
malah Amon makin banyak kesalahannya."