Bacaan Alkitab hari ini: 2 Tawarikh 34
Sungguh sangat mengherankan bahwa Yosia yang baru berusia delapan tahun ketika diangkat menjadi raja ternyata tidak meniru kelakuan Raja Amnon-ayahnya-yang jahat, tetapi meniru Raja Hizkia-kakeknya-yang melakukan apa yang benar di mata TUHAN. Penyebutan nama ibu Raja Yosia-yaitu Yedida binti Adaya-dalam 2 Raja-raja 22:1 memberi petunjuk bahwa yang berpengaruh dalam kehidupan Raja Yosia bukanlah ayahnya, melainkan ibunya. Agaknya ibunya mengajar Raja Yosia untuk membandingkan kondisi ayahnya yang jahat-yang berakhir dengan penderitaan-dengan kondisi kakeknya yang hidup benar di mata TUHAN. Oleh karena itu, sejak ia masih berusia enam belas tahun, ia telah mulai mencari Allah Daud, bapa leluhurnya. Saat berumur dua puluh tahun, Yosia mulai melakukan reformasi secara rohani dengan meniru apa yang telah dilakukan oleh Raja Hizkia, kakeknya (2 Tawarikh 34:3-8; bandingkan dengan 29:3-8). Reformasi itu terus berlanjut dan kemudian menjadi semakin mendalam setelah hukum Taurat ditemukan (34:14-33).
apa yang terjadi dalam kehidupan Raja Yosia itu adalah peristiwa yang tidak terlalu lazim. Pada umumnya, manusia lebih mudah mencontoh yang buruk, bukan mencontoh yang baik. Oleh karena itu, bila Raja Yosia tidak mengikuti teladan ayahnya yang jahat, melainkan mengikuti teladan kakeknya yang hidup benar di hadapan Allah, hal itu merupakan anugerah Allah! Tentu saja kita tidak bisa mengabaikan pengaruh seorang ibu yang bisa menuntun anaknya ke jalan yang benar.
Bagi orang-orang Yahudi yang sedang berada dalam pembuangan, kisah tentang Raja Yosia ini merupakan sumber inspirasi yang menunjukkan bahwa anugerah Allah sanggup membentuk anak seorang raja yang jahat menjadi seorang raja yang baik. [P]
2 Tawarikh 34:2
"Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN dan hidup seperti Daud, bapa leluhurnya, dan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri."