Kitab Ester adalah sebuah kitab yang unik. Kitab ini adalah satu-satunya kitab di dalam Alkitab yang tidak memuat sebutan Allah atau Tuhan. Kondisi tersebut membuat beberapa tokoh Yudaisme dan beberapa tokoh Kristen awal menganggap kitab ini sebagai bukan bagian dari Kitab Suci. Sekalipun demikian, hampir semua umat Yahudi dan Kristen pada masa kini mengakui kitab ini sebagai bagian dari kitab Suci. Walaupun nama Allah atau Tuhan tidak disebut, saat kita membaca kitab Ester, nuansa pemeliharaan Allah sangat terasa. Mungkin saja tiadanya penyebutan nama Allah atau Tuhan dalam kitab ini merupakan strategi penulis agar tulisan ini bisa dibaca oleh lebih banyak orang.
[Break]
Mungkin sebagian pembaca merasa bingung membaca kisah orang-orang Yahudi pada masa Kerajaan Persia. Bukankah orang-orang Yahudi telah kembali dari pembuangan pada masa awal kejayaan Kerajaan Persia? Walaupun benar bahwa sebagian orang Yahudi telah kembali ke Yehuda (Yerusalem) saat Raja Koresh (± 539-530 BC) memerintah sebagai raja pertama Kerajaan Persia (Ezra 1), perlu disadari bahwa jumlah orang Yahudi yang kembali ke Yerusalem itu hanya sebagian kecil dari seluruh bangsa Yahudi di pembuangan, dan bangsa Yahudi yang tetap tinggal di perantauan itu masih amat banyak. Kisah yang terjadi dalam kitab Ester ini terjadi pada masa pemerintahan Raja Ahasyweros (± 486-465 BC). Dalam beberapa Alkitab terjemahan bahasa Inggris, nama Raja "Ahasyweros" disebut sebagai Raja Xerxes.
[Break]
Selain Ester, tokoh lain yang menonjol dalam kitab ini adalah Mordekhai. Walaupun tidak ada penjelasan, bisa diduga bahwa iman Mordekhai membuat dia tidak mau sujud menyembah Haman, padahal tindakannya ini mengundang risiko kematian. Dialah yang mendorong bahkan mendesak agar Ester berjuang untuk menyelamatkan bangsanya (bangsa Yahudi) yang sedang terancam untuk dimusnahkan. Dalam kitab ini, nama penulis kitab tidak disebutkan. Akan tetapi, mengingat bahwa penulis menulis seperti seorang saksi mata yang mengerti jelas semua peristiwa yang terjadi termasuk memahami budaya dan sejarah Persia serta jelas bahwa penulis adalah seorang Yahudi yang membela orang Yahudi, kuat dugaan bahwa penulis kitab ini adalah Mordekhai. Saat membaca kitab Ester, kita bisa melihat dari sudut pandang kepahlawanan Ester, tetapi kita juga bisa melihat dari sudut pandang pemeliharaan Allah. Sudut pandang kedua ini amat membesarkan hati saat kita menghadapi berbagai pergumulan hidup. [P]