Allah itu kudus, artinya Dia itu berbeda secara mutlak dengan makhluk ciptaan-Nya. Kekudusan Allah itu menunjuk kepada kemuliaan-Nya yang bersifat transenden (serba "Maha": Mahabesar, Mahaadil, Mahakuasa, dan seterusnya). Dia tak tertandingi oleh siapa pun atau apa pun. Kemuliaan-Nya membuat manusia tampak kecil, tak berarti, dan kotor. Itulah sebabnya, ketika Musa memohon agar Allah menunjukkan kemuliaan-Nya kepadanya, Allah mengatakan bahwa orang yang memandang kemuliaan-Nya pasti tidak tahan dan mati (33:18-20). Akan tetapi, karena Allah berkenan kepada Musa, Allah masih bersedia menampakkan diri agar Musa bisa melihat Dia dari belakang, tanpa bisa melihat wajah Allah secara langsung.
Bacaan Alkitab hari ini mengingatkan kita bahwa Allah berbeda derajat dengan kita. Allah tidak bisa disamakan dengan manusia, bahkan tidak bisa disamakan dengan apa pun yang bisa kita lihat dan bisa kita mengerti. Oleh karena itu, wajar bila Allah tidak bisa digambar dan Allah tidak bisa diwakili oleh patung yang menyerupai apa pun. Kita hanya bisa mengerti tentang Allah sejauh Allah menyatakan diri-Nya. Sekalipun demikian, dalam Perjanjian Baru, Allah telah menyatakan diri-Nya dalam diri Tuhan Yesus Kristus yang telah menjadi Manusia dan diam bersama-sama dengan manusia. Melalui kehidupan dan pengajaran Tuhan Yesus, kita bisa mengenal Allah dan kemuliaan-Nya secara lebih jelas.
Periksalah sikap Anda selama ini terhadap Allah! Apakah sikap dan kehidupan Anda selama ini telah menunjukkan sikap hormat yang sepantasnya? Apakah Anda menyadari kemuliaan Allah saat Anda berdoa atau beribadah kepada-Nya? [P]
Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya." Yohanes 1:18